Intisari-online.com - Militer Ukraina jelas bukanlah tandingan Rusia, meski demikian Rusia tetap hati-hati dalam menyerang Ukraina.
Dikatakan militer Ukraina benar-benar kalah dengan Rusia dalam hal jumlah dan daya tembak.
Tetapi dapat bertahan hingga membuat Presiden Rusia Vladimir Putin kehilangan nyawa tentaranya, kata para analis Barat.
Menurut Reuters, analis militer Barat mengatakan tentara Ukraina lebih terlatih dan bersenjata daripada tahun 2014, ketika Rusia merebut Krimea dengan nyaris tanpa tembakan.
Militer Ukraina juga memiliki kemauan yang sangat tinggi untuk mempertahankan kedaulatan teritorialnya.
Untuk alasan ini, para ahli telah menemukan bahwa Putin akan ragu jika dia ingin menyerang Ukraina dengan kekuatan penuh.
"Tidak akan ada tentara yang sangat besar yang akan membanjiri dan mengambil alih seluruh wilayah negara Ukraina. Saya rasa Rusia juga tidak menginginkannya," kata Ben Hodges, pensiunan mantan jenderal Angkatan Darat AS, sekarang di Pusat Analisis Kebijakan Eropa.
Menurut Jenderal Hodges, Rusia dapat melancarkan perang terbatas untuk merebut sebagian Ukraina untuk menghubungkan wilayah Donbass di timur dengan semenanjung Krimea di selatan.
Tetapi bahkan dengan opsi ini, korban yang bisa ditanggung pihak Rusia cukup besar.
Siemon Wezeman, seorang ahli senjata di Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, mengatakan tingkat perlawanan Ukraina akan jauh lebih besar daripada kampanye militer Rusia di Chechnya pada 1990-an atau di Georgia pada 2008.
"Ukraina bersenjata lengkap, sebagian besar pria telah menjalani pelatihan militer. Saya pikir Rusia bisa kehilangan 10.000 tentara dalam beberapa hari pertama pertempuran. Korban Rusia di Ukraina bisa 10 kali lebih besar daripada di Chechnya," kata Wezeman.
Selama perang Chechnya pertama tahun 1994-1996, Rusia kehilangan sekitar 5.700 tentara dan melukai 17.000 lainnya.
Selama perang kedua pada 1999-2000, Rusia kehilangan lebih dari 7.000 tentara.
Dalam hal ukuran militer, Rusia memiliki pasukan empat kali lebih banyak daripada Ukraina, tidak termasuk cadangan, dan memiliki tank tiga kali lebih banyak daripada Ukraina.
"Dalam hal pertahanan udara dan kemampuan peperangan elektronik, ada kesenjangan besar antara Rusia dan Ukraina,"kata Yohann Michel, pakar di Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS).
"Saya pikir Ukraina akan sepenuhnya dikendalikan oleh Rusia," paparnya.
Rusia dapat menggunakan keunggulan udara dan keunggulan perang elektroniknya untuk memutuskan komunikasi antara pasukan Ukraina di medan perang dan markas.
Tapi Ukraina memiliki pengalaman memerangi separatis pro-Rusia, memiliki rudal anti-tank Javelin, yang dengan satu tembakan dapat menghancurkan tank apapun.
"Saya pikir Rusia tidak akan membanjiri Ukraina 'semudah permen', karena jumlah tentara Ukraina juga sangat signifikan. Mereka memiliki keinginan yang tinggi untuk berjuang dan bisa berjuang sampai akhir," kata Michel.
"Begitu Ukraina membuka gudang amunisinya, memasok rakyatnya dengan senjata untuk melancarkan perang gerilya, itu akan menjadi skenario mimpi buruk bagi kekuatan penyerang mana pun," kata Michel.
Menurut Jenderal Hodges, menilai perang bukan hanya soal angka.
"Semakin dalam Rusia bergerak ke barat, semakin kuat komunitas Ukraina akan melawan, dan kerusakan pada Rusia akan sangat besar," kata Hodges.
"Jika Putin masih bertekad untuk menyerang, hasilnya harus cukup besar untuk diterima rakyat Rusia," pungkas Jenderal Hodges.