Intisari - Online.com -Majapahit merupakaan kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara, yang kini menjadi Indonesia.
Para pemimpinnya memiliki ambisi untuk menguasai Nusantara, yang didukung dengan langkah politik hebat dari patih Majapahit yang terkenal, Gajah Mada.
Namun pernahkah Anda penasaran bagaimana cara mereka menyatukan Nusantara dan menguasai pulau lain selain pulau Jawa?
Kisah Majapahit menguasai Nusantara memberikan sudut pandang tersendiri untuk kerajaan tersebut, seperti salah satunya ketika Majapahit mencoba menguasai Sumatra.
Sebelumnya, ambisi menguasai Nusantara lahir dari ambisi raja terakhir Singasari, Kertanegara (1268-1292 M).
Salah satu cara Kertanegara menguasai Nusantara adalah mengirimkan Ekspedisi Pamalayu ke Sumatra untuk bisa menguasai Sumatra.
Cara ini kemudian diulangi lagi di masa Tribhuwana Tunggadewi atau Tribhuwana Wijayatunggadewi, Ratu Majapahit yang berkuasa setelah Jayanegara.
Kertanegara sendiri adalah kakek dari Tribhuwana.
Tribhuwana mengirimkan raja bawahan Majapahit atau uparaja ke Sumatra untuk menaklukkan wilayah-wilayah penting di Sumatra.
Sosok uparaja tersebut adalah Adityawarman (1347-1375 M) yang justru malah mendirikan kerajaan besar di Sumatra, tepatnya Sumatra Barat.
Adityawarman semula dikirim guna menaklukkan wilayah-wilayah penting di Sumatra, seperti menurut penafsiran Slamet Muljana lewat bukunya, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara (2005).
Adityawarman dikirim ke Sumatra oleh Tribhuwana dan di sana ia akhirnya menjadi raja bawahan Majapahit dengan gelar kehormatan Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa.
Lewat buku De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi (1907) karangan J.H.C. Kern, disebutkan jika kerajaan yang dipimpin oleh Adityawarman di tahun 1337 adalah Malayapura Swarnnabhumi, atau Kanakamedini.
Kerajaan ini berpusat di Dharmasraya, yang kini berada di Sumatra Barat.
Kerajaan Pagaruyung
Adityawarman adalah putra, atau beberapa juga menyebutnya cucu dari Dara Jingga.
Dara Jingga sendiri merupakan putri Raja Dharmasraya yang terdahulu, yaitu Srimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa (1286-1316 M).
Dara Jingga dibawa ke Jawa setelah Ekspedisi Pamalayu di era Kertanegara di Kerajaan Singasari.
Kemudian pasca runtuhnya Singasari, Raden Wijaya yang menantu Kertanegara mendirikan Kerajaan Majapahit.
Beberapa sejarawan beranggapan Dara Jingga dipersunting oleh Raden Wijaya, tapi ada juga yang beranggapan ia dinikahi pejabat Singasari atau Majapahit lainnya.
Karena asal-usulnya yang terbilang di jajaran pejabat, akhirnya Adityawarman dipilih oleh Tribhuwana Tunggadewi menjadi wakil Majapahit.
Ia ditunjuk memimpin perjalanan ke tanah Melayu dan memulai riwayat kerajaan Pagaruyung di Sumatra Barat.
Nama Pagaruyung sendiri sebagai kerajaan belum diketahui dengan pasti, malah justru lebih banyak sumber menyebut Malayapura.
Malayapura merupakan kerajaan Melayu yang dikabarkan didirikan oleh Adityawarman itu di Dharmasraya, dan kemudian barulah dipindahkan ke Pagaruyung.
Bukti keberadaan Kerajaan Malayapura atau Dharmasraya adalah Prasati Amoghapasa dengan bentuk arca atau patung.
Arca Amoghapasa adalah hadiah dari Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari untuk Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa (kakek Adityawarman).
Srimat Tribhuwanaraja menjadi Raja Dharmasraya saat itu, saat Ekspedisi Pamalayu dilaksanakan.
Kemudian Adityawarman menambahkan pahatan di bagian belakang Arca Amoghapasa di tahun 1347 M untuk mengesahkan dirinya sebagai raja.
Peristiwa ini juga tercatat dalam Prasasti Padang Roco seperti dituliskan dalam Kuntala, Sriwijaya dan Suwarnabhumi menurut Slamet Muljana.
Prasasti itu juga menyebutkan jika di tahun yang sama pusat kerajaan di Dharmasraya dipindahkan oleh Adityawarman ke pedalaman Minangkabau yang sekarang dikenal sebagai wilayah Pagaruyung, Sumatera Barat.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini