Penulis
Intisari-Online.com - Keris merupakan senjata tradisional yang berasal dari Jawa.
Ia memiliki tempat terhormat bagi masyarakat Jawa, di mana senjata ini bukan hanya digunakan sebagai senjata, tetapi juga punya berbagai fungsi.
Masyarakat Jawa menggunakannya sebagai perlengkapan busana, simbol status, pemberi kewibawaan, dan sebagai perlengkapan dalam upacara adat.
Hingga saat ini, keris masih nampak digunakan dalam beberapa kesempatan, seperti dalam upacara pernikahan tradisional masyarakat Jawa.
Kehadiran senjata keris rupanya ada di sejumlah sejarah penting kerajaan Majapahit, kerajaan terbesar di Nusantara pada zamannya.
Beratus-ratus tahun setelah keruntuhannya, nama Majapahit masih begitu melegenda bagi masyarakat Indonesia.
Sumpah Palapa, menjadi salah satu peristiwa yang sering disebut-sebut ketika berbicara tentang sejarah kerajaan Majapahit. Gajah Mada mengucapkannya ketika diangkat menjadi Mahapatih Majapahit.
Pada saat mengucapkan sumpah Palapa, konon Patih Gajah Mada menggunakan pusaka berupa senjata tradisional berwujud keris. Ada sumber yang menyebut keris tersebut dari zaman Prabu Jayanegara bernama Kyai Gandawisa.
Lekatnya keris dengan Mahapatih Gajah Mada juga terlihat dari patung-patung atau lukisan yang menggambarkannya.
Banyak patung Gajah Mada yang dilukiskan dengan menggenggam sebilah keris. Misalnya, patung raksasa yang berada di Taman Bung Karno di Tabanan Bali atau pada Relief Sejarah Nusantara di Monumen Nasional Jakarta.
Bukan hanya peristiwa Sumpah Palapa, sejarah berdirinya kerajaan Majapahit sendiri tak lepas dari sebuah keris.
Kisah ini pun begitu melegenda, yaitu kisah keris legendaris, Keris Empu Gandring.
Keris tersebut merupakan bagian dari sejarah awal terbentuknya Kerajaan Singasari, yang mana trahnya berlanjut sampai kerajaan Majapahit.
Beberapa sumber menyebut kualitas keris terbaik berasal dari masa kerajaan Majapahit. Pada sekitar era itu munculah keris-keris terkenal yang melegenda seperti misalnya Kanjeng Kyai Ageng Sengkelat dan Nagasasra Sabuk Inten.
Melansir laman kratonjogja.id, disebut kejayaan keris terjadi pada era Majapahit.
Begitu pula bersamaan dengan surutnya Majapahit, penggunaan keris sebagai senjata mulai berkurang.
Namun, tidak berarti masyarakat Jawa benar-benar meninggalkan keris sebagai bagian dari mereka.
Pada awal abad ke-16, Tome Pires, seorang penjelajah dari Portugis menulis kesaksiannya saat mengunjungi pulau Jawa, bahwa keris digunakan dan dimiliki oleh orang-orang Jawa.
"Setiap orang Jawa, kaya atau miskin, harus mempunyai keris di rumah, maupun sepucuk tombak dan sebuah perisai,"
"Tidak ada laki-laki yang berumur antara dua belas dan delapan puluh tahun yang berani keluar rumah tanpa keris terselip di sabuk".
Baca Juga: Ciri-ciri HAM Salah Satunya Bersifat Universal, Apa Maksudnya?
Fungsi keris berkembang lebih dari sekadar senjata. Para Sultan mempercayakan keris miliknya kepada wakil-wakil mereka, sebagai bukti kewibawaan yang diwakilkan pada mereka.
Keris tersebut dianggap sebagai perwakilan dari kehadiran pemiliknya. Bahkan, ditemui juga keris yang digunakan untuk mewakili pemiliknya dalam upacara pernikahan.
Keris juga digunakan sebagai pusaka keluarga, simbol status, ataupun simbol yang diturunkan dari ayah ke anak sebagai perwujudan keberadaan suatu garis keturunan.
Di lingkungan Keraton Yogyakarta dapat ditemui keris Kangjeng Kiai Ageng Kopek yang hanya boleh dikenakan oleh Sultan, juga keris Kangjeng Kiai Joko Piturun yang diberikan Sultan hanya kepada seseorang yang beliau tunjuk sebagai pewaris tahta.
Baca Juga: Cocok Usir Stres! Ini 3 Tanaman Penghasil Oksigen yang Bikin Udara Lebih Segar, Mana Favoritmu?
Catatan Ma Huan, seorang Muslim asal China, ketika mengikuti kunjungan Cheng Ho di Pulau Jawa 1413-1415 M, juga mengungkapkan penggunaan keris sebagai aksesoris.
Diceritakannya, ada berbagai tradisi unik yang dimiliki oleh masyarakat Majapahit. Salah satunya, pada usia 3 tahun ke atas penduduk laki-laki Majapahit telah memakai baju yang dilengkapi keris.
Para pria Majapahit terbiasa memakai pu-lak (keris atau belati) yang disisipkan di ikat pinggang. Senjata tersebut memiliki garis tipis dan bunga-bunga keputihan serta dibuat dari baja terbaik. Gagangnya terbuat dari emas, cula badak, atau gading gajah.
Itulah bagaimana keris menjadi benda yang begitu sakral bagi masyarakat Jawa dan Majapahit.
Baca Juga: Menerapkan Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Politik, Begini Caranya
(*)