Intisari-Online.com - Kini tersedia parfum dengan berbagai jenis wewangian yang digunakan sebagai penunjang penampilan.
Rupanya, parfum telah ada sejak zaman dahulu, bahkan sudah dikenal masyarakat sejak ribuan tahun yang lalu.
Di awal penggunaannya, rupanya parfum tidak hanya digunakan untuk menunjang penampilan, tetapi memiliki tujuan lainnya.
Dilansir Britannica, Tujuan awal penggunaan parfum yaitu sebagai bagian dari upacara keagamaan, di mana setiap kebudayaan menggunakan jenis parfum yang berbeda.
Ketika itu parfum biasanya terbuat dari tanaman, sehingga jenis parfum sesuai dengan jenis tanaman yang tersedia di masing-masing wilayah.
Keberadaan parfum memiliki sejarah yang panjang.
Seperti sejarah kosmetik wajah, lagi-lagi peradaban Mesir yang mengawali budaya menggunakan parfum ini.
Bagaimana sejarah perkembangan parfum dari Mesir tersebut?
Dari Mesir, budaya penggunaan parfum menyebar ke Tiongkok, Yunani, Roma, dan beberapa negara Timur Tengah.
Diperkirakan, bangsa Mesir mulai menggunakan botol kaca untuk menyimpan parfum.
Melansir nationalgeographic.grid.id, pentingnya parfum dalam kehidupan orang Mesir sejak periode awal dalam sejarah mereka, tertuang dalam Ajaran Ptahhotep, kumpulan peribahasa moral dari dinasti V (sekitar 2400 SM).
Parfum merupakan indikator kehadiran dan status sosial, di mana para tamu di perjamuan mewah mengoleskan minyak atau salep yang harum ke wig mereka, seperti yang ditunjukkan oleh banyak lukisan makam.
Parfum juga diyakini berfungsi untuk membersihkan udara dan menangkal semua jenis penyakit.
Parfum dikaitkan dengan sifat higienis, yaitu sebagai cara untuk menghilangkan bau tak sedap, hingga penyembuhan.
Sementara itu, dalam upacara-upacara yang dilakukan di kuil-kuil, semua jenis salep dan pengasapan digunakan.
Itu dibuat dengan damar atau dengan persiapan senyawa –seperti kyphi atau kapet, sejenis dupa yang termasuk kismis di antara bahan-bahan lainnya, yang identik dengan kemurnian dan memiliki makna simbolis dalam liturgi.
Sejarawan Plutarch menceritakan bahwa dupa dibakar di pagi hari, mur di siang hari dan kyphi di sore hari.
Para pendeta juga mengurapi patung-patung para dewa dengan berbagai minyak dan minyak wangi.
Dalam ritual pemakaman, parfum digunakan untuk memberi "aroma keilahian" kepada almarhum.
Mumi diurapi dengan parfum untuk memberi mereka kehidupan dan membuat mereka menyenangkan para dewa.
Sekitar abad ke-16 sampai 11 SM, para perempuan Mesir menggunakan parfum untuk perlengkapan mandi dan bahan campuran kosmetik.
Kemudian memasuki abad ke-17 Masehi, masyarakat Perancis menggunakan sarung tangan berparfum dalam kegiatan sehari-hari.
Parfum yang awalnya hanya dipakai masyarakat kelas atas, akhirnya menyebar ke berbagai lapisan sosial.
Pada abad ke-18, ditemukan eau de cologne di Perancis, yang berasal dari campuran rosemary, neroli, bergamot, dan lemon.
Pada abad ke-19, muncul berbagai produk parfum, dengan Perancis menjadi pusat parfum dunia.
Muncul juga perusahaan-perusahaan parfum yang memproduksi aroma khasnya sendiri, dan memberikan banyak pilihan bagi masyarakat.
Perancis pun semakin memantapkan langkahnya dalam industri parfum. Pada 1950an, mulai muncul merek Christian Dior, Jacques Fath, Nina Ricci, hingga Pierre Balmain.
Kini penggunaan parfum tak terbatas pada kalangan atas, tetapi digunakan oleh berbagai kalangan dengan harga semakin terjangkau dan banyak pilihan.
(*)