Pada waktu itu, satu kubik mil batu dan abu ke udara dan 20 juta ton gas belerang dioksida dimuntahkan ke atmosfer.
Akibatnya gas itu mempengaruhi keseluruhan planet kita.
Selain itu, terjadi reaksi kimia, ketika gas bercampur dengan uap air. Hal tu menghasilkan tetesan “super dingin” kecil yang dikenal sebagai aerosol.
Selanjutnya, aerosol memantulkan dan menyebarkan sinar matahari ke bumi.
Akibatnya suhu global rata-rata turun satu derajat Fahrenheit selama beberapa tahun.
Menurut para ilmuwan itu, letusan Gunung Agung pada 2018 silam identik dengan meletusnya Gunung Pinatubo.
Itulah sebabnya NASA mengatakan meletusnya Gunung Agung malah membuat kita bahagia.
Sebab mereka berharap bisa mempelajari efeknya selama bertahun-tahun yang akan datang.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR