Intisari-online.com - Kemampuan Iran untuk menciptakan senjata nuklir memang patut diwaspadai dunia.
Apalagi Amerika dan Israel pun sampai ketar-ketir dengan kemampuan Iran menciptakan senjata nuklir.
Bahkan untuk meredam ambisi nuklir Iran, Israel pernah melakukan operasi sabotase besar-besaran, yang membuat fasilitas nuklir Iran lumpuh selama 9 bulan.
Menurut sumber dari media Israel,agen badan intelijen Israel Mossad merekrut dan merekrut sekelompok 10 ilmuwan.
Termasuk di antaranya seorang ilmuwan Iran, untuk menghancurkan sentrifugal A1000 di pembangkit nuklir Natanz.
Mossad menggunakan drone, menjatuhkan bahan peledak di area dekat pembangkit nuklir, dan para ilmuwan di atas secara diam-diam membawanya kembali.
Sejumlah bahan peledak juga diselundupkan melalui pagar keamanan di fasilitas nuklir tersebut, dengan menyamar sebagai pengiriman makanan.
Menurut Jewish Chronicle, operasi sabotase melumpuhkan 90% sentrifugal di pembangkit nuklir Natanz.
Membuat Iran menutup fasilitas itu selama sembilan bulan dan memperlambat upaya Iran untuk membangun bom nuklir.
Dua sabotase pertama Mossad menargetkan sentrifugal pembangkit nuklir Natanz, dengan dua ledakan terjadi pada Juli 2020 dan April 2021.
Sabotase ketiga terjadi pada Juni 2021, menargetkan Iran Centrifuge Technology (TESA), yang berbasis di kota Karaj, sekitar 48 km barat laut ibukota Teheran.
Menurut pengungkapan dari media Israel, sejumlah besar bahan peledak ditanam oleh Mossad di kompleks sentrifugal di Natanz pada 2019, dan tidak akan diledakkan hingga 2020.
Pada bulan April, Iran mengumumkan serangan teroris di pembangkit nuklir Natanz.
Serangan itu terjadi sehari setelah Iran mengumumkan mulai menggunakan sentrifugal baru untuk memperkaya uranium di Natanz.
Agen Mossad juga diam-diam membawa komponen drone ke Iran, merakitnya, dan menggunakan drone untuk menjatuhkan bahan peledak di markas TESA.
Ketiga sabotase itu direncanakan selama 18 bulan, dengan partisipasi lebih dari 1.000 orang, termasuk agen Mossad di lapangan.
Media Israel menegaskan bahwa Mossad bertindak sepihak tanpa memberi tahu atau bekerja sama dengan sekutunya, termasuk Amerika Serikat.
Informasi tersebut diungkapkan dalam konteks dimulainya kembali negosiasi Iran dan AS mengenai masalah nuklir.
AS mengusulkan agar Iran menghentikan pengayaan uranium hingga 60%.
Sebagai imbalannya, AS mencabut blokade beberapa aset Iran dan mencabut sanksi terkait pasokan barang-barang kemanusiaan.
Sementara itu, Iran ingin AS mencabut semua sanksi dan embargo ekonomi.
Israel telah berulang kali mengkritik AS karena bernegosiasi dengan Iran.
Baru-baru ini, Israel berbagi informasi intelijen dengan sekutunya bahwa Iran sedang bersiap untuk menaikkan tingkat pengayaan uraniumnya menjadi 90%, tingkat yang dibutuhkan untuk membuat bom nuklir.
Militer Israel telah diperintahkan untuk merencanakan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, jika sabotase dan negosiasi gagal untuk mencegah Iran mendapatkan bom nuklir,lapor Jewish Chronicle.