Penulis
Intisari-Online.com -Kerajaan Bali sulit ditaklukan balatentara Majapahit karena kemampuan balatentaranya yang mumpuni ditambah Patih Kebo Iwa dan panglima perangnya yang sakti membuat kerajaan ini sulit ditaklukan.
Tak seperti biasanya walaupun Gajah Mada sering berhadapan dengan musuh lebih besar dan lebih kuat dan memiliki peralatan perang serba lengkap.
Tetapi menghadapi Kerajaan Bali Aga, ada rasa takut dan ragu-ragu menyelinap pada diri Gajah Mada.
Tetapi sumpah Palapa Gajah Mada yang akan mempersatukan nusantara harus terlaksana.
Karena itu Gajah Mada dan punggawa Kerajaan Majapahit mengatur siasat untuk membunuh Kebo Iwa agar bisa menguasai Kerajaan Bali Aga.
Ratu Majapahit Putri Tribhuwana Tunggadewi lalu mengutus Gajah Mada ke Bali untuk membawa surat yang isinya seakan-akan Ratu Majapahit menginginkan persahabatan dengan Raja Bali Aga.
Mendengar laporan itu, Ki Pasung Grigis sebagai Mangku Bumi Kerajaan Bali Aga yang tinggal di Tengkulak, langsung mempersiapkan diri dan anak buahnya untuk bertempur.
Tetapi saat bertemu Gajah Mada dan rombonganya, Gajah Mada malah mengaturkan sembah ampun kepadanya.
“Maafkan atas kedatangan hamba tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Hamba adalah utusan Kerajaan Majapahit bernama Patih Gajah Mada, kedatangan Hamba atas kehendak Ratu Tribhuwana Tunggadewi untuk menyampaikan sepucuk surat kepada Raja Bali Aga,” kata Gajah Mada.
Mendengar penjelasan Patih Gajah Mada, Ki Pasung Grigis meyakini, bahwa kedatangan Gajah Mada ke Bali tidak berniat buruk.
Patih Mada pun menghaturkan sembah kepada Sri Baginda Raja Bali.
“Ampun Paduka Tuanku, hamba datang diutus oleh Paduka Tuanku Putri Ratu Majapahit untuk menghadap tuanku Raja. Mempersembahkan sepucuk surat."
Akhirnya raja pun menerima surat tersebut dan membaca isinya. Isi surat tersebut konon antara lain berbunyi:
1. Majapahit memohon dengan sangat agar Kerajaan Bali jangan menyerang kerajaan Majapahit.
2. Mohon hubungan yang dahulu diteruskan sebagai hubungan persaudaraan.
3. Mohon kesediaannya agar Kebo Iwa diperkenankan untuk pergi ke Jawa agar dinikahkan dengan seorang putri yang kecantikannya sudah terkenal di tanah Jawa.
Keesokan harinya berangkatlah Kebo Iwa menuju Tanah Jawa bersama rombongan Patih Gajah Mada dengan perahu.
Perahu tersebut telah didesain khusus. Harapannya di tengah samudra perahu tersebut bocor dan tenggelam.
Benar saja, akhirnya perahu yang ditumpangi Kebo Iwa bocor dan tenggelam di tengah samudra.
Tetapi, saat itu Kebo Iwa meloncat dan berenang seperti ikan hiu hingga sampai ke Pulau Jawa.
Memang, sampai di Jawa, Kebo Iwa dipertemukan dengan sang putri cantik. Sang putri pun memberikan sarat agar Kebo Iwa membuatkan dirinya sebuah sumur.
Maka mulailah dengan cekatan Kebo Iwa menggali sumur, tapi ketika dirasa cukup dalam, tiba-tiba Gajah Mada memerintahkan pasukannya untuk menimbun Kebo Iwa yang ketika itu masih berada di dasar sumur dengan batu dan tanah hingga Kebo Iwa terkubur.
Tetapi lantaran kesaktiannya, ternyata Kebo Iwa tidak mati, dia bahkan mampu keluar dari dasar sumur dengan keadaan segar bugar.
Saat itulah, Kebo Iwa amat marah dengan kelicikan Gajah Mada sehingga langsung mencari dan meyerang Patih Gajah Mada.
Namun karena malukembali ke Bali, maka Kebo Iwa berkata:
"Kewajibanmu mempersatukan nusantara di bawah Majapahit tidak akan saya halangi dan saya akan memberikan rahasia kematian saya,” kata Kebo Iwa.
Diam-diam Kebo Iwa mendukung rencana Gajah Mada yang akan mempersatukan nusantara. Karena itu, dalam pertempuran yang sudah lama sekali tersebut, Kebo Iwa memberitahukan kelemahannya pada Gajah Mada.
"Kematian saya terjadi jika saya dikubur dengan bubuk kapur."
Pasukan Majapahit pun menyiapkan bubuk kapur untuk mengubur Kebo Iwa hingga meninggal.
(*)