Intisari - Online.com -Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) memperingatkan jika sistem keuangan Afghanistan akan runtuh dalam beberapa bulan ke depan.
Disinyalir hal ini terjadi karena sejumlah besar orang yang tidak bisa membayar kembali pinjaman, suku bunga deposito yang lebih rendah dan krisis likuiditas tunai.
Ekonomi Afghanistan terjun bebas sejak sebagian besar dukungan pembangunan asing dicabut setelah Taliban merebut kekuasaan pada 15 Agustus 2021.
Situasi ini memberikan tekanan besar pada sistem perbankan yang menetapkan batas penarikan mingguan untuk menghentikan kehabisan simpanan.
"Sistem keuangan dan perbankan Afghanistan sedang kacau. Masalah ini harus diselesaikan dengan cepat untuk meningkatkan kapasitas produksi Afghanistan yang terbatas dan mencegah sistem perbankan mereka runtuh," kata UNDP dalam laporannya.
Kepala UNDP Afghanistan, Abdallah al Dardari, mengatakan kepada Reuters bahwa dia sedang mencari cara agar mereka dapat mendukung sistem perbankan, tetapi tidak dengan Taliban.
"Kami berada dalam situasi yang mengerikan sehingga kami perlu memikirkan semua opsi yang mungkin. Apa yang tidak terpikirkan tiga bulan lalu menjadi bisa dipikirkan sekarang," katanya.
Secara umum, sistem perbankan Afghanistan berada dalam keadaan yang mengerikan bahkan sebelum Taliban mengambil alih kekuasaan.
Suntikan dana asing adalah penyelamat Afghanistan sejauh ini.
Mengandalkan dana asing
UNDP telah secara khusus menyatakan proposalnya untuk menyelamatkan sistem keuangan dan perbankan Afghanistan.
Beberapa di antaranya termasuk skema penjaminan simpanan, langkah-langkah untuk memastikan kecukupan likuiditas untuk kebutuhan jangka pendek dan menengah, serta opsi penjaminan kredit dan penundaan pembayaran pinjaman.
Sebelum ini, PBB telah berulang kali memperingatkan bahwa ekonomi Afghanistan berada di ambang kehancuran yang kemungkinan akan semakin memicu krisis pengungsi.
UNDP juga menyadari bahwa sistem perbankan yang gagal membutuhkan waktu puluhan tahun untuk pulih.
"Koordinasi dengan Lembaga Keuangan Internasional, dengan pengalaman luas mereka tentang sistem keuangan Afghanistan, akan sangat penting untuk proses ini," kata UNDP, merujuk pada Bank Dunia dan IMF.
Menurut UNDP, sekitar 40% dari basis deposit Afghanistan akan hilang pada akhir tahun.
Mereka juga melaporkan bahwa bank telah berhenti memberikan kredit baru, dan kredit macet hampir dua kali lipat menjadi 57% pada September dari akhir 2020.
Melihat tren saat ini, dan pembatasan penarikan, Al Dardari memprediksi sistem perbankan tidak memiliki peluang untuk bertahan dalam enam bulan ke depan.
Bank-bank Afghanistan sangat bergantung pada pengiriman uang fisik dolar AS, yang kini telah berhenti.
Al Dardari mengatakan, saat ini Afghanistan hanya memiliki uang Afghanistan senilai US$4 miliar, namun hanya sekitar US$500.000 yang bisa diedarkan.
"Sisanya di bawah kasur atau di bawah bantal karena orang takut," katanya.
Masalah likuiditas ini mendorong Afghanistan ke dalam masalah perdagangan dan kelaparan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini