Penulis
Intisari - Online.com -Taliban pernah berjanji menghadirkan keamanan di Afghanistan.
Namun, agaknya janji ini tidak bisa ditepati.
Melansir Kontan dari Reuters, ada kelompok ekstremis Islam yang muncul di Afghanistan.
Kelompok tersebut berhubungan dengan ISIS, dan PBB melaporkan kelompok itu sudah ada di sebagian besar wilayah Afghanistan.
Utusan khusus PBB di Afghanistan, Deborah Lyons, pada hari Rabu (17/11) melaporkan meluasnya kehadiran kelompok ekstremis Islam pasca Taliban berkuasa.
Saat ini, kelompok yang berafiliasi dengan ISIS tersebut telah muncul di hampir seluruh provinsi di Afghanistan.
Kepada Dewan Keamanan PBB, Lyons melaporkan bahwa Taliban telah merespons kehadiran kelompok Negara Islam-Provinsi Khorasan (ISKP) di Afghanistan.
Pihak Taliban pun dilaporkan telah berjuang menghalau gerakan tersebut.
"Taliban tampaknya sangat bergantung pada penahanan di luar proses hukum dan pembunuhan terhadap tersangka pejuang ISKP. Ini adalah sisi yang layak mendapat perhatian lebih dari komunitas internasional," ungkap Lyons, sebagaimana dikutip Reuters.
Laporan Lyons terkait meluasnya aktivitas ISKP disampaikan hanya beberapa jam setelah kelompok itu mengaku bertanggung jawab atas dua ledakan yang menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai enam lainnya di lingkungan Muslim Syiah di Kabul.
Dalam laporannya, Lyons menyebut untuk saat ini Taliban masih sangat kesulitan membendung lawan ideologisnya tersebut.
Tahun ini, jumlah serangan anak kelompok ISIS tersebut melonjak hingga 334.
"Serangan kelompok tersebut telah meningkat dari 60 serangan pada 2020 menjadi 334 pada tahun ini. Dulu terbatas di beberapa provinsi dan ibu kota, kini ISKP seolah hadir di hampir semua provinsi, dan semakin aktif," lanjut Lyons.
Di tengah kondisi ekonomi dan politik yang belum stabil pasca pengambilalihan kekuasaan, PBB memperingatkan lagi tentang bencana kemanusiaan menjelang datangnya musim dingin.
Lyons memohon kepada komunitas internasional agar bisa mendanai gaji petugas kesehatan, guru dan pekerja kemanusiaan yang terus bekerja di tengah kekurangan bantuan kemanusiaan.
Kekacauan yang terus berlanjut dianggap akan menguntungkan kelompok teroris jika tidak segera diselesaikan.
"Runtuhnya ekonomi akan memicu perdagangan obat terlarang, senjata dan manusia dan pertukaran uang yang tidak diatur hanya akan memfasilitasi terorisme. Patologi (masalah) ini awalnya akan menyerang Afghanistan, kemudian akan menginfeksi kawasan," pungkas Lyons.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini