Intisari-Online.com -Bicara soal kelompok teroris, Indonesia terbilang masih memiliki rekor buruk akan hal itu.
Dengan ditambahnya KKB Papua menjadi kelompok teroris, maka kian panjang daftar kelompok teroris di Indonesia.
Namun kali ini berkurang satu kelompok teroris di Indonesia.
Mengutip AP, militan paling diinginkan Indonesia yang terlibat dalam kelompok Negara Islam (ISIS) terbunuh Sabtu kemarin dalam baku tembak dengan pasukan keamanan.
Satuan tugas Madago Raya menggelar kampanye sweeping kontraterorisme melawan gerakan ekstrimis di salah satu wilayah pegunungan Indonesia.
Salah satu yang terbunuh adalah Ali Kalora seperti dikatakan kepala militer Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Farid Makruf.
Sedangkan korban lainnya adalah tersangka ekstrimis lain Jaka Ramadan.
Keduanya tertembak mati dalam baku hantam yang dilakukan oleh gabungan TNI-Polri di Sulawesi Tengah tepatnya distrik Parigi Moutong.
Distrik ini berbatasan dengan Poso, wilayah panas ekstrimis di provinsi tersebut.
"Ali Kalora adalah teroris paling dicari dan pemimpin MIT," ujar Makruf.
MIT adalah Mujahidin Indonesia Timur, kelompok militan yang menyatakan persekutuan dengan ISIS tahun 2014.
Ia mengatakan gabungan TNI-Polri mencari 4 anggota di kelompok tersebut yang masih selamat.
Penembakan Sabtu kemarin terjadi dua bulan setelah pasukan keamanan menembak dua tersangka anggota kelompok selama baku tembak sebelum subuh di distrik pegunungan yang sama.
MIT telah mengklaim tanggung jawab atas pembunuhan beberapa pejabat polisi dan warga minoritas Kristen.
Operasi keamanan Tinombala di wilayah itu telah meningkat beberapa bulan terakhir dalam upaya penangkapan jaringan teroris tersebut.
Target utamanya adalah Ali Kalora, pemimpin kelompok tersebut.
Ali Kalora telah ditarget lebih dari 10 tahun.
Ia mengambil alih kepemimpinan terorisme dari Abu Wardah Santoso, yang dibunuh oleh TNI-Polri pada Juli 2016.
Lusinan pemimpin lain dan anggota kelompok itu telah terbunuh atau ditangkap sejak itu.
Mei lalu MIT membunuh 4 umat Kristen di desa di distrik Poso, termasuk salah satunya dipenggal.
Otoritas mengatakan serangan itu untuk balas dendam atas pembunuhan dua militan Maret lalu, termasuk anak dari Abu Wardah Santoso.
Makruf mengatakan medan yang terjal dan gelap telah menghambat upaya evakuasi dua jasad dari area baku tembak di desa Astina.
Ia mengatakan jasad Kalora dan pengikutnya diambil hari Minggu kemarin untuk investigasi dan identifikasi lebih lanjut.
Ali Kalora lahir di desa Kalora, Poso Pesisir Utara, Poso.
Istrinya bernama Tini Susanti Kadua atau Umi Farel.
Peneliti bidang terorisme intelijen dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, berpendapat Ali Kalora menjadi sosok penunjuk arah dan jalan di pegunungan dan hutan Poso.
Kapolri Jenderal pol Tito Karnavian yang berhasil membunuh Abu Wardah Santoso berpendapat Ali Kalora tidak memiliki kemampuan kepemimpinan yang sama dengan Abu Wardah Santoso, begitu pula untuk spesialisasi maupun militansinya.
Namun pendapat berbeda disampaikan Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa ketika masih menjabat Komandan Jenderal Kopassus.
Kelompok Ali Kalora ternyata sangat sadis, tidak segan mengancam, menyandera bahkan membunuh masyarakat di Poso.
Mereka melakukannya guna mendapatkan logistik dan makanan.
"Masyarakat ini diancam dan sebagainya kalau tidak menyerahkan makanan atau logistik itu ya dibunuh di sana."
"Dan tidak main-main, mereka membunuh itu dengan sadis. Semua modusnya itu dengan potong leher," kata Cantiasa dalam tayangan Podcast Puspen TNI di kanal Youtube resmi Puspen TNI yang diunggah pada Senin (17/8/2020) lalu.
Kelompok tersebut juga pernah membunuh petani di desa Sangginora, Poso Pesisir Selatan, Poso, yaitu Agus Balumba pada Agustus 2020.
Kelompok itu juga merampas sejumlah barang milik korban contohnya jam tangan dan ponsel.
"Dari hasil kajian kita, dan barang bukti yang kita temukan, kejadian itu dilakukan oleh kelompok MIT. Dan perbuatan itu sangat keji, sadis dan kejam," kata Syafril di Mapolda Sulteng, Selasa (11/8/2020).
Terbaru yaitu November 2020, Ali Kalora terlibat dalam aksi teror di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Ia membunuh 1 keluarga dan membakar 7 rumah warga.
Ridwan Habib kini berpendapat setelah Ali Kalora tewas maka MIT akan bubar dengan sendirinya.
"Upaya Polri dan TNI menangkap Ali Kalora ini hebat dan sangat baik. Paska Ali Kalora saya yakin MIT tumpas dan selesai," kata Ridlwan dikutip dari Tribunnews.com pada Minggu (19/9/2021).