Intisari-online.com - Taliban selama ini masih masuk daftar hitam oleh Rusia sebagai kelompok teroris.
Namun, sejak kemenangan mereka, banyak negara mulai mendekati Taliban yang memberikan tawaran.
Misalnya dari China, mereka menawarkan hubungan diplomatik, bahkan sampai memberikan tawaran investasi ke Afghanistan.
Sementara Rusia yang selama ini melabeli Taliban sebagai kelompok teroris justru menawarkan kerja sama dengan Taliban tetapi dengan sebuah syarat.
Rusia dapat secara resmi mengakui Taliban berkuasa di Afghanistan.
Tetapi hanya mempertimbangkan ini setelah pemerintah yang harmonis didirikan di Afghanistan, kata kementerian luar negeri Rusia.
Berbicara pada konferensi pers reguler, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa Moskow terbuka untuk kemungkinan mengakui Taliban di Afghanistan.
Rusia hanya membahas masalah ini ketika pemerintahan yang sebenarnya terbentuk.
"Kami mendukung pembentukan pemerintahan yang harmonis di Afghanistan, dengan partisipasi semua faksi politik, termasuk minoritas," kata Zakharova.
"Masalah pengakuan resmi terhadap Taliban akan diangkat setelah proses ini selesai," katanya.
Pengakuan Rusia atas Taliban yang berkuasa di Afghanistan diperlukan untuk menghapus gerakan Islamis dari daftar teroris Rusia.
Serta bisa membuka jalan bagi kerjasama masa depan antara Rusia dan Afghanistan.
Zakharova mengatakan Rusia secara konsisten mendukung Afghanistan yang merdeka dan makmur.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia juga mengkritik "kampanye penarikan AS dan Barat telah meninggalkan banyak efek negatif, karena Afghanistan memasuki fase baru".
Taliban telah menguasai hampir seluruh Afghanistan sejak 15 Agustus, setelah memasuki ibu kota, Kabul. Presiden Rusia Vladimir Putin meminta dunia untuk bereaksi berdasarkan fakta.
"Taliban memiliki kendali hampir penuh atas Afghanistan, termasuk ibu kotanya," kata Putin pekan lalu. "Itu kenyataan".
Dalam sebuah wawancara di radio Al-Mayadeen yang berbasis di Lebanon, juru bicara Taliban Muhammad Naeem mengatakan kelompok itu memiliki "hubungan baik" dengan Rusia dan China .