Intisari-Online.com - Baru-baru ini, hubungan antara NATO, Barat, dan Rusia menjadi sangat tegang.
Awal bulan ini, organisasi tersebut “mengusir delapan diplomat Rusia yang dikatakan telah bekerja sebagai perwira intelijen” sambil menekankan pengusiran ini dilakukan “sebagai tanggapan atas dugaan kegiatan memfitnah Rusia, termasuk pembunuhan dan spionase”.
Setelah ini, dua hari sebelum pertemuan menteri pertahanan NATO, Rusia menangguhkan seluruh "misi diplomatik untuk NATO", dengan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov secara eksplisit mengidentifikasi pengusiran sebagai alasan di balik tindakan Rusia.
Sebelumnya pada 21 Oktober, lima jet Rusia terbang terlalu dekat ke Alaska, tanpa memasuki wilayah udara AS atau Kanada yang semakin meningkatkan ketegangan antara negara raksasa itu dan kekuatan Barat.
Secara historis, Rusia telah lama memiliki hubungan yang tegang dengan NATO.
Sebelumnya, pada tahun 2018, NATO telah “mengusir tujuh diplomat Rusia atas serangan agen saraf [Sergei Skripal]” selain menolak “permintaan akreditasi dari Moskow untuk tiga pejabat lainnya”.
Sejak 2014, dengan aneksasi Krimea, Rusia dan NATO telah berselisih satu sama lain.
Melansir The EurAsian Times, Jumat (22/10/2021), para menteri pertahanan Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO) bertemu pada 21 Oktober untuk membahas beragam masalah keamanan mulai dari Afghanistan hingga Kecerdasan Buatan (AI).
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR