Intisari-Online.com -Kekuasaan kerajaan Majapahit membentang begitu luas, namanya disegani berbagai kerajaan di Asia.
Dari masa awal berdiri, Kerajaan Majapahit memang dilanda berbagai pemberontakan.
Baik pada masa Raden Wijaya maupun saat Jayanegara menjadi raja Majapahit, terjadi beberapa kali peristiwa pemberontakan yang menguras energi dan konsentrasi.
Puisi Mpu Prapanca 'Negarakertagama' memberikan gambaran langka tentang kerajaan Majapahit dari sudut pandang abad ke-14.
Termasuk di dalamnya disebutkan bahwaRaden Wijayamenikah dengan empat putri Kertanagara, yaitu Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari, Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita, dan Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri.
Sementara itu, menurut teks sejarah bahasa Jawa, Pararaton, Wijaya hanya menikahi dua puteri Kertanagara.
Slamet Muljana dalam bukunya Tafsir Sejarah Nagarakretagama menuliskan nenek moyang istri-istri Wijaya dengan Wijaya masih satu.
Dari Prasasti Mula-Malurung diketahui Sri Kertanagara adalah putra pasangan Jayawisnuwardhana dengan Nararya Waning Hyun; Nararya Waning Hyun adalah putri Bhatara Parameswara (Mahisa Wong Ateleng).
Bhatara Parameswara pun memiliki putra bernama Narasingamurti.
Selain itu,Raden Wijaya, menurut Nagarakretagama, menikahi pula seorang istri.
Kali ini, berasal dari Jambi di Sumateram bernama Indreswari.
Berita ini didukung oleh teks Pararaton, Kidung Panji Wijayakrama, dan Kidung Harsa Wijaya.
Kidung Panji Wijayakrama melaporkan bahwa 10 hari setelah pengusiran pasukan Tartar (Mongol), Mahisa Anabrang yang memimpin ekspedisi ke Melayu tahun 1275, pulang membawa dua orang putri bernama Dyah Dara Petak dan Dara Jingga.
Kedatangan kedua perempuan dari Melayu ini adalah hasil diplomasi persahabatan yang dilakukan oleh Kertanagara kepada raja Dharmasraya di Jambi, untuk bersama-sama membendung pengaruh Kublai Khan.
Atas dasar rasa persahabatan inilah Raja Dharmasraya, Srimat Tribhuwanarja Mauliwarmadewa, mengirimkan dua cucunya, Dara Petak dan Dara Jingga untuk dinikahkan dengan bangsawan Singasari (karena belum tahu Singasari telah runtuh).
Setelah sekitar dua abad berdiri gagah, kerajaan terbesar di Asia Tenggara itu pun akhirnya runtuh.
Setelah ditinggal pemimpin yang membawanya kepada kejayaan, Hayam Wuruk, kerajaan Majapahit perlahan tapi pasti berakhir menuju keruntuhan.
Setelah Hayam Wuruk wafat, kekuasaan Majapahit berkali – kali berganti.
Konflik internal juga tak terhindar dalam kerajaan hingga menyebabkan berbagai perang.
Belum jelas memang peristiwa apa yang menandai berakhirnya kerajaan ini, ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Majapahit runtuh akibat serangan dari kerajaan Islam Demak.
(*)