Penulis
Intisari-Online.com – Dari mana kita mengetahui adanya Kerajaan Majapahit, Kerajaan Singasari, dan kerajaan lain di bumi Nusantara?
Tentu saja, Anda pasti akan menjawab dari buku sejarah.
Tetapi, kita tidak akan mungkin mengetahui sejarah kerajaan di Jawa, terutama, kalau bukan jasa sosok berikut ini.
Dia adalah seorang Belanda yang menyelamatkan naskah-naskah kuno yang dimilik oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ini.
Ini diketahui dari batu-batu nisan yang tersimpan di Museum Taman Prasasti, di mana terdapat satu nisan yang sangat berbeda dengan yang lain, baik bentuk maupun ornamennya, yang teletak di sudut kiri belakang museum tersebut.
Bangunan batu nisan tersebut berbentuk kotak dilengkapi sebuah pilar yang ujungnya patah.
Menurut inskripsi yang tertulis pada batu nisan tersebut, yang dimakamkan di situ adalah Jan Laurens Brandes.
Brandes adalah seorang arsiparis, linguis, sejarawan, dan arkeolog yang seluruh hidupnya diabdikan pada bidang ilmu yang ditekuninya.
Baca Juga: Bunyi Teks d Kitab Negarakertagama Inilah yang Jadi Bukti Mahapatih Gajah Mada Tidak Beragama Islam
Nama lengkap Brandes adalah Jan Laurens Andries Brandes, lahir di Rotterdam tanggal 13 Januari 1857 dan wafat di Batavia tanggal 26 Juni 1906.
Ayahnya seorang pendeta Kristen Lutheran, yang ketika berumur satu tahun, Brandes ikut keluarganya pindah ke Amsterdam.
Setelah menamatkan sekolah menengah dia meneruskan sekolah agama di Atheneum, Amsterdam, dan mendapat gelar Sarjana Muda Theologi di Leiden, dan tahun 1878 lulus ujian calon teolog di Amsterdam.
Sementara menyiapkan ujian doktoral teologi, Brandes pindah ke jurusan linguistik, dan sejarah yang menarik baginya.
Dia mempertahankan disertasinya, dan setelah promosi menikah dengan Helena Nieman.
Bersama istrinya dia berangkat ke Hindia-Belanda untuk bekerja sebagai pegawai yang menangani penleitian bahasa-bahasa Nusantara di Bataviaasch Genootschap (sejenis LIPI sekarang).
Di Leiden, dia mendalami studi bahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi dan Epigrafi Nusantara, dua bidang studi yang tidak diwajibkan oleh Indang-undang.
Brandes mendapatkan tugas untuk menangani kumpulan inskripsi yang sangat banyak pada batu dan kuningan, maupun pada manuskrip Jawa di Museum Batavia yang belum tersentuh oleh siapa pun dan menunggu penanganan pakar bidang ini.
Dikutip dari ‘Brandes Sang Penyelamat Manuskrip Negarakertagama Dilihat dari Batu Nisannya Melalui Kaca Mata Semiotik, Majalah Jumantara, Edisi Vol.3 no. 2 – Oktober 2012, hasil kerja keras Brandes yang banyak menyita waktu dan tenaganya tersebut memerlukan ketekunan dan kesabaran yang luar biasa.
Baca Juga: Sedihnya Kondisi Candi Jago yang Kehilangan Empat Arca
Tahun 1887, Brandes menerbitkan hasil penelitiannya dalam bahasa Belanda, ‘Catatan-catatan pada inskripsi-inskripsi yang terdapat pada bermacam-macam obyek dan inventaris sementara batu-batu bertulis, sebagaim lampiran dari ‘Katalog kumpulan arkeologis dari Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Kesenian Batavia, oleh W.P. Groeneveldt.
Brandes dengan kebiasaannya yang mendasar dapat menangani berbagai persoalan, terbukti dari catatan tentang batu-batu bertulisnya itu.
Atas penelusurannya selama bertahun-tahun dan pengetahuannya, terutama mengenai bahasa Jawa Kuno, pengungkapan sejarah dan sumber-sumbernya semakin berkembang, hal yang belum pernah dilakukan oleh pendahulunya.
Pembuktiannya juga pada karyanya yang berjudul ‘Pararaton’, kisah sejarah raja-raja Singasari dan Majapahit.
Sejarah Pararaton dimulai dari didirikannya kerajaan Tumapel oleh Ken Arok, yang bergelar Rajasa, pada tahun Caka 1144 (1222 M).
Penerus Ken Arok memerintah Tumapel (Singasari) sampai raja terakhir, Kertanegara, dikalahkan oleh Jaya Katwang dari Daha.
Jaya Katwang kemudian dikalahkan oleh tentara Tartar dari China, yang adalah utusan Khu Blai Khan, atas muslihat Raden Wijaya yang kemudian menjadi raja pertama Majapahit.
Ketika Brandes berlibur ke Belanda pada 1897, dia mempergunakan kesempatan untuk mendalami sistem katalogus di Leiden.
Berkat kepiawaian Brandes dalam mengarsipkan karya-karya Van der Tuuk yang dikaguminya, dan temuan-temuan di wilayah kolonial Hindia-belanda menjadikannya seorang arsiparis yang handal.
Ketika terjadi Perang Lombok, Brandes sebagai personel Bataviaasch Genootschap, ditugasi untuk menyelamatkan naskah-naskah kuno yang dimiliki oleh Raja Lombok.
Pada awal Oktober 1894, dia menerima rampasan yang disebutnya sebagai rampasan perang tertulis, yaitu buku-buku lontar, yang bagi orang Eropa tidak ada yang menghargainya kecuali ilmuwan.
Atas keasyikannya menerjemahkan Pararaton dan telah mempelajari kebudayaan masa Hindu, membuatnya sangat beruntung bisa mengunjungi perpusatakaan Hindu yang menyimpan buku-buku lontar yang sangat kaya dari kerajaan Lombok.
Sekali lagi Brandes minta izin untuk mengunjungi Lombok ketika dia pulang kembali ke Bali, untuk menyelamatkan karya seni budaya yang tidak ternilai harganya itu.
Pada 18 November 1894, Cakranegara jatuh ke tangan militer Belanda, istananya dibakar dan terjadi penjarahan atas kekayaan Lombok, dengan Raja beserta pengikutnya melarikan di ke Sasari.
Sementara, Brandes menyelamatkan buku-buku lontar yang, antara lain, setelah ditranskrip di Batavia diterbitkan dalam Vehandelingen van het Bataviaasch Genootschap va Kunsten en Wetenschappen Bagian LIV, Bagian I (1897) dengan judul ”Nâgarakretâgama, Lofdicht van Prapantja op Koning Radjasanagara, Hayam Wuruk, van Madjapahit, uitgegeven naar eenige daarvan bekende handschrift aangetroffen in de puri te Cakranegara op Lombok”.
(Risalah Masyarakat Seni dan Ilmu Pengetahuan Batavia Bagian LIV, Bagian I (1897) dengan judul "Nâgarakretâgama, Syair Prapantja tentang Raja Radjasanagara, Hayam Wuruk, dari Madjapahit, diedit setelah beberapa naskah yang diketahui ditemukan di puri di Cakranegara di Lombok".)
Selain disertasinya, karya Brandes sangat penting, terutama penulisan karakter tulisan tangan Jawa, Bali, dan Sasak yang ditemukan dari peninggalan Dr. H.N. van der Tuuk, serta Kamus Kawi-Belanda-Nederlandsch yang diterbitkan pad atahun 1897, 1899, 1901, dan 1903 oleh Perpustakaan Universitas Leiden pada tahun 1903, menjelang wafatnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari