Kisah Tribhuwana Tunggadewi, Gantikan Ayahnya yang Tak Miliki Putra Mahkota, Ratu Majapahit Ini Berhasil Taklukkan Nusantara Bersama Mahapatih yang Setia Temaninya

K. Tatik Wardayati

Editor

Ratu Majapahit, Tribhuwana Tunggadewi, yang memerintah menggantikan ibunya.
Ratu Majapahit, Tribhuwana Tunggadewi, yang memerintah menggantikan ibunya.

Intisari-Online.com – Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, yang sekaligus menjadi raja pertama kerajaan itu yang memerintah pada tahun 1293-1309.

Ketika Raden Wijaya mangkat, dia digantikan oleh Jayanagara sebagai raja penerusnya.

Kemudian, penguasa ketiga Kerajaan Majapahit adalah Tribhuwana Tunggadewi, yang memerintah kerajaan itu pada 1328-1350 M.

Dia mendapatkan gelar Sri Tribhuwanottunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani, ketika menjadi ratu.

Baca Juga: Kisah Raden Wijaya: Pendiri Kerajaan Majapahit yang Bikin Geram Kubilai Khan karena Lakukan Ini hingga Kalahkan Kekaisaran Mongol

Kerajaan Majapahit pada masa pemerinthannya belum sepenuhnya tenteram, karena masih terjadi beberapa pemberontakan, yang akhirnya dapat ditumpas dengan bantuan Gajah Mada.

Sejak itulah Gajah Mada diangkat menjadi mahapatih Kerajaan dan dengan setia membantu sang ratu untuk memajukan Kerajaan Majapahit.

Ekspansi Kerajaan Majapahit pun mengalami kemajuan pesat, ini semua berkat keberanian, kebijaksanaan, dan kecerdasan Ratu Tribhuwana Tunggadewi.

Tribhuwana Tunggadewi merupakan putri dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, dari istrinya yang bernama Gayatri.

Baca Juga: Meski Tak Ikut Disebut di Dalam Sumpah Palapa, Faktanya Patih Gajah Mada Dipastikan Tak akan Pernah Makan Cabai Sepanjang Hidupnya

Sedangkan dari pihak ibu, ia adalah cucu dari Kertanegara, yang merupakan raja terakhir Kerajaan Singasari.

Tribhuwana Tunggadewi memiliki saudara kandung bernama Dyah Wiyat atau Rajadewi Maharajasa dan saudara tiri bernama Jayanagara, yang menjadi raja kedua Majapahit.

Terlahir dengan nama Sri Gitarja, dia diangkat sebagai Bhre Kahuripan pada masa pemerintahan Jayanagara.

Jayanagara sebenarnya ingin menikahi Tribhuwana Tunggadewi, namun tidak diizinkan oleh Gayatri.

Karena dilarang, Jayanagara pernah mengurung Tribhuwana Tunggadewi dan Rajadewi agar tidak ada yang menikahi mereka.

Setelah Jayanagara mangkat pada 1328, Tribhuwana Tunggadewi kemudian menikah dengan Cakradhara atau Kertawardhana Bhre Tumapel.

Dari pernikahan mereka, Tribhuwana Tunggadewi melahirkan Dyah Hayam Wuruk, yang kelak menjadi raja Majapahit, dan Dyah Nertaja.

Pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi

Ketika pada 1328 Raja Jayanagara mangkat, dia tidak meninggalkan putra mahkota.

Baca Juga: Tonggak-tonggak Penting Kerajaan Majapahit, dari Kedatangan Pasukan Kubilai Khan Hingga Takluk dalam Kekuasaan Demak

Menurut Kitab Negarakertagama, Gayatri kemudian memerintahkan Tribhuwana Tunggadewi untuk menggantikannya naik takhta.

Gayatri yang seharusnya mewarisi takhta Jayanagara memilih menjadi biksuni atau pendeta Buddha.

Setelah itu Tribhuwana Tunggadewi pun memerintah sebagai ratu bersama suaminya, Kertawardhana.

Masa awal pemerintahannya pada tahun 1331, terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta, namun dua pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Gajah Mada.

Atas jasanya itulah, Gajah Mada kemudian diangkat menjadi Mahapatih, jabatan tertinggi kedua setelah raja.

Gajah Mada dilantik menjadi majapahit pada 1334, yang kemudian mengucapkan Sumpah Palapa.

Dalam Sumpah Palapa itu Gajah Mada tidak berkehendak menerima hadiah atau anugerah sebelum berhasil mempersatukan Nusantara.

Maka, sejak Tribhuwana Tunggadewi memerintah didampingi oleh mahapatih Gajah Mada, kemakmuran kerajaan semakin meningkat.

Gajah Mada, untuk memenuhi sumpahnya, membantu sang ratu dalam perluasan wilayah ke segala penjuru Nusantara.

Baca Juga: Kejeniusannya Disejajarkan dengan Cleopatra, Inilah Gayatri Rajapatni, Ibu Suri nan Sensual Pemilik Cetak Biru Masa Keemasan Majapahit, Mentor Sang Mahapatih Gajah Mada yang Terlupakan

Bali dan beberapa kerajaan di Nusantara dapat ditaklukkan pada masa pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi.

Mengundurkan diri

Ketika sang ibu, Gayatri, meninggal pada 1350, maka pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi pun berakhir.

Tribhuwana Tunggadewi mengundurkan diri karena ia hanya memerintah untuk mewakili sang ibu.

Takhta kerajaan kemudian dia serahkan kepada putranya, Hayam Wuruk, yang ketika itu baru berusia 16 tahun, namun dia sangat aktif dalam urusan kerajaan.

Sementara, Tribhuwana Tunggadewi kembali dinobatkan sebagai Bhre Kahuripan dan menjadi anggota Bhattara Saptaprabhu, yaitu dewan tetua kerajaan yang memberikan nasihat kepada raja.

Sayangnya tidak diketahui kapan pastinya Tribhuwana Tunggadewi mangkat, hanya saja Kitab Pararaton menyebutkan bahwa dia mangkat setelah 1371.

Tribhuwana Tunggadewi kemudian didharmakan di Candi Pantarapura yang terletak di Desa Panggih, Trowulan, Mojokerto.

Baca Juga: Invasi Mongol ke Jawa: Saat Bangsa Penghancur Kejayaan Islam Dipermalukan Majapahit, Berkat Kecerdikan Raden Wijaya

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait