Penulis
Intisari-Online.com - Sumpah palapa adalah sumpah yang diikrarkan oleh Patih Gajah Mada.
Sumpah itu berbunyi "Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palap."
Artinya, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa."
Sumpah itu diucapkan Gajah Mada saat upacara pengangkatan menjadi Patih Amangkubumi Majapahit.
Sumpah Patih Gajah Mada yang ingin menaklukan seluruh kepulauan Majapahit banyak diejek para menteri-menteri Kerajaan Majapahit.
Penyatuan Nusantara ini mampu dilaksanakan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk atau selama masa jabatan 21 tahun (1336-1357).
Gajah Mada dengan gigih mampu mewujudkan sumpahnya itu.
Dibantu oleh Adityawarman dan Laksamana Nala yang memimpin angkatan laut Kerajaan Majapahit bertugas mengawasi perairan.
Baca Juga: Inilah Jumlah Populasi di Papua Barat, Rupanya Pendatang di Papua Sudah Ada Sejak Zaman Majapahit
Berbagai catatan sejarah mengungkapkan, Kerajaan Majapahit berdiri pada akhir akhir abad ke-13, memasuki puncak kejayaan pada abad ke-14, dan diperkirakan runtuh pada abad ke-16.
Sedangkan, Gajah Mada meninggal pada tahun saka 1290 menurt kitab Pararaton, tapi pada Nagarakertagama meninggal tahun saka 1286.
Sementara itu, cabai baru hadir di nusantara di awal abad 16, saat rempah-rempah menjadi pusat perekonomian dunia.
Beberapa sumber literatur menyebutkan bahwa cabai dibawa oleh Ferdinand Magellan, seorang penjelajah Portugis, pada perjalanannya ke Barat dari Spanyol - menuju Amerika Selatan dan menyebrangi Samudera Pasifik - menuju Pulau Rempah-Rempah (sekarang Pulau Maluku).
Sekarang cabai, bahan dasar pembuat sambal, seringkali ditemui dalam berbagai masakan Indonesia.
Rasanya makan tak berselera tanpa sambal atau cabai rawit yang diiris lalu dicampur kecap, misalnya.
Cabai mudah tumbuh di daerah panas.
Awalnya tanaman cabai hanya ditanam karena keindahannya ketika buah muncul bergelantungan cantik di setiap ranting.
Belakangan baru diketahui ternyata cabai berguna untuk kulinari.
Sebenarnya tanaman cabai sudah dibudidayakan sebagai obat, dan dikonsumsi 7000 tahun silam.
Namun tanaman cabai yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan ini dikenal masyarakat Eropa sejak abad 15.
Tanaman cabai termasuk anggota keluarga tanaman malam seperti terong, tomat, dan kentang.
Baca Juga: Ternyata Selama Ini Kita Salah, Buah Maja, Rasanya Ternyata Tidak Sepahit Akhir Kisah Majapahit
Cabai yang kaya vitamin A dan C ini memiliki rasa manis pada bagian daging buahnya.
Sedangkan rasa pedas menggigit dari cabai bersumber pada kandungan minyak di tangkai dan biji buah berwarna putih.
Pada tangkai dan biji inilah, ditemukan capsaicin, zat yang memberikan rasa pedas sekaligus merangsang keluarnya air liur sehingga membantu proses pencernaan makanan.
Jadi, jika ingin mengurangi pedas saat makan cabai, buang saja biji dan tangkainya.
Rasa pedas yang disumbangkan tangkai serta biji cabai bisa berbeda kadarnya di setiap tempat.
Kondisi iklim di mana tanaman cabai dibudidayakan memengaruhi kadar pedas cabai.
Makin panas iklimnya, makin pedas cabainya.
Jangan heran cabai dari negara empat musim tak sepedas cabai dari negara tropis.
Nah, jika kepedasan saat makan cabai, banyak cara mengatasinya.
Minum banyak air tak selamanya menolong.
Anda bisa mengatasi kepedasan dengan minum seteguk yogurt atau susu, mengunyah roti, nasi, kerupuk, atau sesuatu yang rasanya manis.
Sebabnya, kandungan capsaicin pada cabai hanya larut dalam minyak, bukan air.
Namun, jika Anda membuang tangkai dan biji cabai, dampaknya separuh dari nilai serat dari keseluruhan buah juga ikut hilang.
Anda pilih mana? Menikmati rasa pedas tangkai dan biji cabai dengan kandungan serat tinggi, dan membantu proses pencernaan makanan dan kandungan vitamin C lebih tinggi dari jeruk? Atau sedikit pedas tapi kehilangan separuh manfaatnya?
(*)