Menjadi Ritual Tahunan, Ternyata Mudik Sudah Dilakukan Sejak Zaman Kerajaan Majapahit, Berasal dari Kata 'Mulih Dhisik'?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Ilustrasi mudik atau pulang kampung
Ilustrasi mudik atau pulang kampung

Intisari-online.com -Mudik atau pulang ke kampung halaman sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia untuk rayakan Idul Fitri.

Setiap tahunjelang bulan Ramadan usai, penduduk Indonesia berbondong-bondong pergi ke kampung halaman menikmati Lebaran bersama keluarga besar.

Saking sudah seperti kewajiban, mudik dan Lebaran bagaikan dua hal tak terpisahkan.

Padahal, dulu, hampir tidak ada kaitannya antara mudik dan hari raya Idul Fitri.

Baca Juga :Mudiklah Lebaran Kali Ini, Jangan Sampai Orangtua Kita Terkena Sindrom Ruang Kosong

Fenomena mudik mulai melekat dengan lebaran pada pertengahan 1970-an atau ketika Jakarta tumbuh menjadi satu-satunya kota besar yang mengalami kemajuan luar biasa.

Sejak itulah mulai terjadi hubungan lebaran dan mudik.Jakarta menjadi magnet bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Tidak hanya mereka yang tinggal di Pulau Jawa, tapi juga pulau-pulau lain di Indonesia.

Baca Juga: Rayakan Lebaran, 'Rayakan Kebaikan': Belajar dari Gus Mus dan Quraish Shihab Bagaimana Hadapi Pandemi

Mereka berbondong-bondong merantau ke ibukota untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Seperti juga para perantau di negara-negara lain, perantauan di Jakarta ini masih punya ikatan kuat dengan kampung halamannya.

Kebetulan, sebagian besar dari mereka beragama Islam dan akhirnya memanfaatkan momentum libur panjang Idul Fitri untuk pulang kampung.

Baca Juga: Rindu Rumah saat Tak Bisa Mudik? Ini yang Terjadi pada Otak dan Tubuh saat Mengalami 'Homesick', Lalu Bagaimana Cara Mengatasinya?Untukasal mula kata mudiksendiri ada yang bilang berasal dari bahasa Jawa, "Mulih Dhisik", atau pulang dulu.

Pernyataan ini dapat dikatakan benar karena jika pulang kampung rata-rata orang mengarah ke arah Jawa.

Namun ada juga yang berkata bahwa kata mudik itu berasal dari bahasa Betawi.Orang Betawi berkata bahwa mudik merupakan lawan dari kata "Melir".

Melir sendiri merupakan kata turunan dari kata "Belilir"yang artinya Utara.Mengapa utara? Karena orang Betawi dulu menganggap bahwa tempat bekerja paling diincar orang adalah bagian utara Jakarta.

Baca Juga: Tiap Tahun Makan Ketupat Lebaran, Tahukah Anda Makna di Baliknya? Ternyata Ada Makna Mendalam di Empat Sudut Hidangan Khas Idul Fitri Ini

Untuk menguatkan akar mudik berkaitan dengan tradisi islami, beredar pula argumen makna mudik dalam kajian ala Timur Tengah.

Ilustrasi mudik atau pulang kampung
Ilustrasi mudik atau pulang kampung

Kata mudik seperti istilah arab untuk "Badui" sebagai lawan kata "hadhory", sehingga dengan sederhana bisa diambil kesimpulan bahwa mudik, adalah kembali ke kampung halaman.Mudik juga bukan lahir karena tradisi lebaran. Sebab nenek moyang bangsa Indonesia sudah lebih dulu melakukan ritual mudik sebelum mengenal lebaran.

Baca Juga: Harumkan Rumah di Hari Lebaran dengan Berbagai Pilihan Pewangi Alami Ini, Rumah Tetap Wangi nan Segar Meski Tak Banyak Tamu Datang

Beberapa ahli mengaitkan tradisi mudik dengan asal mula masyarakat Indonesia yang merupakan keturunan Melanesia dari Yunan, Cina.

Mereja adalah kaum yang dikenal sebagai pengembara dan menyebar ke berbagai tempat untuk mencari sumber penghidupan.Pada bulan-bulan yang dianggap baik, mereka akan mengunjungi keluarga di daerah asal. Biasanya mereka pulang untuk melakukan ritual kepercayaan atau keagamaan.

Pada masa kerajaan Majapahit, kegiatan mudik menjadi tradisi yang dilakukan oleh keluarga kerajaan.(Yoyok Prima Maulana)

Artikel Terkait