Advertorial
Intisari-Online.com -Kisah cinta Ken Dedes dan Ken Arok atau Ken Angrok yang terkenal mengawali sejarah Kerajaan Singasari.
Kisah cinta mereka bermula ketika Ken Arok begitu ingin memiliki Ken Dedes sehingga dia membunuh Tunggul Ametung, yang merupakan suami Ken Dedes.
Ken Arok pun kemudian memerdekakan Tumapel dari Kerajaan Kediri, lalu bertakhta sebagai raja pertama Singasari sejak tahun 1222 Masehi.
Meski kisah cinta keduanya dimulai dengan pertumpahan darah, namun dari keduanya akan lahir para raja penguasa Nusantara.
Ken Dedes sendiri merupakan putri dari seorang agamawan bernama Mpu Purwa yang tinggal di Panawijen (saat ini Kelurahan Polowijen di Kota Malang).
Menginjak dewasa, Ken Dedes dipersunting oleh Tunggul Ametung, seorang akuwu atau kepala daerah, penguasa Tumapel.
Sebelum 1222 M, Malang atau daerah yang berada di sisi timur Gunung Kawi berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kediri dan dipimpin oleh seorang akuwu.
Pemberontakan terjadi, salah satu prajurit bernama Ken Angrok membunuh Tunggul Ametung dan menggantikan posisinya.
Sementara Ken Dedes tetap menjadi permaisuri karena setelah Tunggul Ametung meninggal, Ken Angrok menyuntingnya sebagai istri.
Ken Angrok sendiri saat itu sudah memiliki istri bernama Ken Umang.
Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia; Zaman Kuno yang diterbitkan Balai Pustaka, setelah menjadi akuwu, Ken Angrok melakukan perlawanan terhadap Kerajaan Kediri.
Perlawanannya berhasil, Ken Angrok mendirikan Kerajaan Singhasari pada 1144 saka atau 1222 M. Ini awal mula, kelahiran wangsa Rajasa.
Sejarawan dari Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono mengatakan, melalui keturunannya, Ken Dedes menyandang predikat sebagai ibu para raja Singhasari dan Majapahit.
“Meskipun secara pemerintahan berbeda, tapi secara genealogis Singhasari dan Majapahit itu sama. Yaitu keturunan Ken Dedes,” katanya melalui sambungan telepon, Kamis (26/8/2021).
Dwi Cahyono mengatakan, Ken Dedes merupakan wanita yang memiliki keistimewaan.
Ia adalah wanita cantik dan menawan sekaligus terpelajar.
Bahkan, dalam kitab Pararaton, Ken Dedes dijuluki sebagai Stri Nareswari yang artinya adalah wanita yang utama.
Ken Dedes juga dijuluki Karma Amadangi, yaitu perilaku yang tercerahkan.
Sebab selain cantik, Ken Dedes juga merupakan wanita terpelajar.
“Ken Dedes oleh Pararaton disebut sebagai wanita yang Karma Amadangi. Ken Dedes digambarkan sebagai seseorang yang perilakunya tercerahkan. Perilaku yang tercerahkan adalah perilaku baik,” katanya.
Menurut Dwi, Ken Dedes terpelajar karena sejak kecil dididik oleh ayahnya, Mpu Purwa, yang juga seorang rohaniawan.
“Sejak kecil sudah diajari oleh ayahnya untuk menjalankan apa yang disebut sebagai Paramita Yana,” katanya.
Keterpelajaran Ken Dedes juga berpengaruh dalam perjalanan Kerajaan Singhasari dan Majapahit.
Menurut Dwi, sebagai seorang permaisuri, sedikit banyak gagasan Ken Dedes juga mempengaruhi raja.
Begitu juga ketika ia menjadi ibu dari seorang raja.
“Secara sadar atau tidak sadar sebetulanya kebijakan oleh kepala pemerintah sedikit banyak hasil rembukan dengan istri,” katanya.
“Walaupun sumber data tertulis tidak merinci kontribusi Ken Dedes, kalau saya lihat posisi perannya sebagai ibu kepala negara,” katanya.
Para raja keturunan Ken Arok dan Ken Dedes
Pada 1227 M, kedudukan Ken Angrok digantikan oleh Anusapati yang merupakan anak dari Ken Dedes dari pernikahannya dengan Tunggul Ametung.
Berikutnya, pada 1248 M, Kerajaan Singhasari dipimpin oleh Wisnuwarddhana yang merupakan putra dari Anusapati.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Wisnuwarddhana didampingi oleh Mahisa Campaka, putra dari Mahisa Wonga Teleng.
Mahisa Wonga Teleng merupakan putra dari anak Ken Dedes dan Ken Angrok.
Wisnuwarddhana memiliki keturunan bernama Kertanagara yang menjadi raja pada 1268 M menggantikan posisi ayahnya.
Sedangkan Mahisa Campaka memiliki keturunan bernama Dyah Lembu Tal.
Dyah Lembu Tal ini memiliki anak bernama Raden Wijaya yang kemudian menjadi menantu Raja Kertanagara setelah menikahi putrinya.
Raden Wijaya yang mengembalikan kekuasaan wangsa Rajasa setelah Singhasari runtuh akibat pemberontakan dari Kerajaan Kediri.
Raden Wijaya melawan Kerajaan Kediri yang kembali berkuasa dan mendirikan Kerajaan Majapahit.
Dalam perjalannya, Kerajaan Majapahit berkuasa di tanah Nusantara.