Demi Langgengkan Kekuasannya di Majapahit, Kisah Raden Wijaya Nikahi 4 Saudari Sekaligus, Ternyata Kongkalikong dengan Kerajaan Demi Lawan Invasi Bangsa Mongol

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Raden Wijaya, pendiri Majapahit
Raden Wijaya, pendiri Majapahit

Intisari-Online.com -Kekuasaan kerajaan Majapahit membentang begitu luas, namanya disegani berbagai kerajaan di Asia.

Dari masa awal berdiri, Kerajaan Majapahit memang dilanda berbagai pemberontakan.

Baik pada masa Raden Wijaya maupun saat Jayanegara menjadi raja Majapahit, terjadi beberapa kali peristiwa pemberontakan yang menguras energi dan konsentrasi.

Puisi Mpu Prapanca 'Negarakertagama' memberikan gambaran langka tentang kerajaan Majapahit dari sudut pandang abad ke-14.

Baca Juga: Gerogoti Majapahit dari Dalam Sampai Akhirnya Runtuh, Inilah Perang Paregreg, Kala Nafsu Bekuasa para Istri Bikin para Suami Rela Bertempur Sampai Mati

Termasuk di dalamnya disebutkan bahwaRaden Wijayamenikah dengan empat putri Kertanagara, yaitu Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari, Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita, dan Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri.

Sementara itu, menurut teks sejarah bahasa Jawa, Pararaton, Wijaya hanya menikahi dua puteri Kertanagara.

Slamet Muljana dalam bukunya Tafsir Sejarah Nagarakretagama menuliskan nenek moyang istri-istri Wijaya dengan Wijaya masih satu.

Dari Prasasti Mula-Malurung diketahui Sri Kertanagara adalah putra pasangan Jayawisnuwardhana dengan Nararya Waning Hyun; Nararya Waning Hyun adalah putri Bhatara Parameswara (Mahisa Wong Ateleng).

Baca Juga: Selamatkan Sejarah Majapahit Tepat Sebelum Tersambar Jilatan Api, Inilah JLA Brandes, Penyelamat Kitab Negarakertagama yang Nyaris Musnah Dibakar Militer Belanda

Bhatara Parameswara pun memiliki putra bernama Narasingamurti.

Selain itu,Raden Wijaya, menurut Nagarakretagama, menikahi pula seorang istri.

Kali ini, berasal dari Jambi di Sumateram bernama Indreswari.

Berita ini didukung oleh teks Pararaton, Kidung Panji Wijayakrama, dan Kidung Harsa Wijaya.

Baca Juga: Bak Harta Karun Kerajaan Sriwijaya yang Kini Jadi Buruan, Ternyata Harta Karun Majapahit Masih Misterius, Penemuan Ini Jadi Bukti Harta Karun Itu Benar-benar Ada

Kidung Panji Wijayakrama melaporkan bahwa 10 hari setelah pengusiran pasukan Tartar (Mongol), Mahisa Anabrang yang memimpin ekspedisi ke Melayu tahun 1275, pulang membawa dua orang putri bernama Dyah Dara Petak dan Dara Jingga.

Kedatangan kedua perempuan dari Melayu ini adalah hasil diplomasi persahabatan yang dilakukan oleh Kertanagara kepada raja Dharmasraya di Jambi, untuk bersama-sama membendung pengaruh Kublai Khan.

Atas dasar rasa persahabatan inilah Raja Dharmasraya, Srimat Tribhuwanarja Mauliwarmadewa, mengirimkan dua cucunya, Dara Petak dan Dara Jingga untuk dinikahkan dengan bangsawan Singasari (karena belum tahu Singasari telah runtuh).

Setelah sekitar dua abad berdiri gagah, kerajaan terbesar di Asia Tenggara itu pun akhirnya runtuh.

Baca Juga: Menyibak Kondisi Nusantara Pasca-Runtuhnya Majapahit, Islam Berkembang Pesat, Babak 'Gelap' yang Berlangsung Berabad-abad pun Dimulai

Setelah ditinggal pemimpin yang membawanya kepada kejayaan, Hayam Wuruk, kerajaan Majapahit perlahan tapi pasti berakhir menuju keruntuhan.

Setelah Hayam Wuruk wafat, kekuasaan Majapahit berkali – kali berganti.

Baca Juga:Kala Kain Ken Dedes Tersingkap Tepat di Hadapan Ken Arok, Hal Aneh Ini Terjadi pada Bagian Tubuh 'Ibu' para Raja Jawa Tersebut

Konflik internal juga tak terhindar dalam kerajaan hingga menyebabkan berbagai perang.

Belum jelas memang peristiwa apa yang menandai berakhirnya kerajaan ini, ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Majapahit runtuh akibat serangan dari kerajaan Islam Demak.

(*)

Artikel Terkait