Jabatan itu adalah yang tertinggi di bawah Raja Majapahit.
Di bawah kepemimpinan Tribuwana Tunggadewi, Majapahit melakukan konsolidasi internal setelah pada masa 2 raja pendahulunya, banyak disibukkan dengan upaya menumpas pemberontakan.
Pada masa Tribuwana pula, gagasan perluasan wilayah Majapahit di luar Jawa diluncurkan.
Gajah Mada diangkat sebagai patih amangku bhumi, menggantikan Aria Tadah.
Dalam buku Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit (2005), Slamet Muljana menceritakan apa yang dilakukan Gajah Mada setelah jabatannya dinaikkan sebagai patih amangku bhumi di Kerajaan Majapahit.
Di hadapan Ratu Majapahit dan para menteri, Gajah Mada menyampaikan sumpah.
Dia tidak akan beristirahat sebelum bisa menyatukan beberapa wilayah nusantara di bawah pemerintahan kerajaan Majapahit.
Sumpah yang disampaikan Gajah Mada menjadi program politik yang terus diperjuangkan olehnya.
Perjuangan Gajah Mada menyatukan wilayah nusantara dimulai saat Majapahit dipimpin Tribuwana Tunggadewi.
Upaya Gajah Mada dilanjutkan saat Hayam Wuruk naik tahta.
Wilayah kekuasaan Majapahit terus meluas, antara lain Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Indonesia bagian timur, termasuk Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga sebagian Maluku.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR