Lafaek merupakan tokoh pejuang integrasi dan sosok yang cinta dan setia dengan Indonesia, seperti diungkapkan oleh Kiki Syahnakri.
"Seperti banyak tokoh pejuang integrasi lainnya, ia berjuang benar-benar dengan prinsip-prinsip ideologis, bukan sekadar untuk mencari hidup," tulis Kiki dalam bukunya halaman 145.
Lafaek menorehkan prestasi karena menjunjung integrasi, ia memimpin kelompok masyarakat Viqueque yang memiliki semangat dan harapan yang sama.
Lafaek aktif membantu TNI terutama ketika operasi tempur, ia bahkan dipercaya memimpin Kompi Wanra di Viqueque segera setelah kompi tersebut dibentuk.
Lafaek berhasil melakukan tugasnya menjaga keamanan lingkungan ataupun melakukan operasi tempur bersama TNI, prestasinya menonjol dan disegani oleh kawan maupun lawannya.
Prestasinya berhasil membuat Kompi Wanra Lafaek dinamai Kompi Makikit, yang diambil dari bahasa Tetun yang berarti 'elang'.
"Kendati saya baru mengenal Lafaek ketika bertugas di daerah Viqueque bersama Batalyon 514/Kostrad, nama beken dan sepak terjangnya telah saya dengar sejak saya menjadi Wadanyon 744 di Dili. Karena itu, ketika pertama kali saya bertemu Lafaek di rumahnya, kami langsung akrab. Cukup lama kami ngobrol dan bertukar pengalaman. Kemudian saya dibawa dan diperkenalkan kepada kakak sulungnya, Antonio Pinto, ahli waris Kerajaan Balarwain-Viqueque, yang tidak terlalu jauh dari rumah Lafaek."
Kiki segera mengajak Lafaek bersama Kompi Makikit untuk bergabung membantu Batalyon 514 yang kala itu beroperasi di daerah Pegunungan Bibiliu, yang masih termasuk wilayah Viqueque.
KOMENTAR