Kedatangan puluhan ribu imigran kelas menengah ke bawah pada pertengahan tahun 1920-an ke Palestina, yang melarikan diri dari anti-Semitisme di Polandia, merupakan hambatan yang signifikan dalam mencapai tujuan ini.
Sebagian besar pendatang baru tidak tertarik pada sosialisme atau mengadopsi identitas proletar yang baru.
Tanggapan Ben-Gurion, yang diilhami oleh kepekaannya terhadap pertumbuhan fasisme di Eropa dan ketertarikannya pada penggunaan kekerasan oleh kaum Bolshevik untuk mengatasi oposisi, adalah tanpa kompromi.
Dia berargumen untuk penggunaan kekerasan yang terkontrol, disiplin, terhadap pemogokan dan demonstran sayap kanan, dan mengusulkan penolakan sertifikat imigrasi kepada anggota gerakan Revisionis.
Namun, pada pertengahan 1930-an, Ben-Gurion telah melunakkan posisinya.
Dia mulai menentang penggunaan kekerasan, dan, dalam negosiasi dengan Jabotinsky, melangkah lebih jauh dengan mengusulkan kesepakatan tentang hubungan perburuhan antara pekerja Histadrut dan Revisionis.
(*)
Source | : | myjewishlearning.com |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR