Tak Mau Sejengkalpun Luput saat Gempur Taiwan, China Sampai Repot-repot Lakukan Hal Ini saat Latihan Militer

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Xi Jinping
Xi Jinping

Intisari-Online.com - Media pemerintah China menyiarkan cuplikan singkat latihan PLA di kota Taipei tiruan, yang berlangsung pada tahun 2015.

Cuplikan itu menunjukkan tank turun ke kota, bom dijatuhkan dan pasukan dijatuhkan dari helikopter menyerbu markas presiden.

Melansir Express.co.uk, Jumat (15/1/2021), gambar mengenai rincian invasi tersebut sempat muncul di situs web China tetapi dengan cepat dihapus.

Kementerian Pertahanan Taiwan menyebut pembangunan gedung replika dan latihan itu "benar-benar tidak dapat diterima".

Baca Juga: Dikira Bakal Untung Setelah Ambil Utangan dari China, Terkuak Begini Nasib Negara-negara Miskin yang Terancam Gagal Utang ke China, Konsekuensi Ini Konon Akan Mereka Terima

Sementara itu, Beijing menggambarkan latihan itu sebagai "rutin", tanpa target khusus.

Namun, menurut para ahli yang berbicara kepada news.com.au, latihan yang dilakukan oleh PLA di replika Taiwan jauh dari sekedar rutinitas biasa.

Situs web berita menggambarkan adegan itu sebagai "bukti China telah berlatih selama bertahun-tahun untuk perang yang akan memicu konflik global massal".

Ini bukan unjuk kekuatan militer pertama dari China terhadap Taiwan yang telah lama mendapat dukungan militer dari AS.

Baca Juga: Sudah Kebelet Ingin Hancurkan Taiwan, Amerika Malah Bocorkan Hal Buruk Ini Akan Dialami China Jika Berani Senggol Taiwan, Apa Itu?

China telah menghadapi kontroversi atas sikapnya yang semakin agresif terhadap tetangga pulaunya.

Bulan lalu, China mengirim 19 pesawat, termasuk beberapa pembom berkemampuan nuklir, ke "zona identifikasi pertahanan udara" Taiwan, hanya satu hari sebelum latihan perang tahunan Taipei.

Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu memperingatkan bahwa Taiwan sedang mempersiapkan perang dan akan "berjuang sampai akhir" jika China ingin menyerang.

Dia berkata: “Saya yakin jika China akan melancarkan serangan terhadap Taiwan, saya pikir mereka juga akan sangat menderita.

Baca Juga: Kini Jadi Orang Terkuat di China, Ternyata Presiden China Xi Jinping adalah Sosok yang Romantis Bagi Istrinya, Kisah Cintanya Bikin Tercengang

“Pertahanan Taiwan ada di tangan kami sendiri, dan kami benar-benar berkomitmen untuk itu.

“Jika China akan melancarkan perang melawan Taiwan, kami akan berjuang sampai akhir, dan itu adalah komitmen kami.”

Jika China menginvasi Taiwan, Inggris dapat terseret ke dalam konflik karena aliansi AUKUS baru-baru ini dengan AS dan Australia.

Ketika ditanya pada hari Kamis oleh mantan perdana menteri Theresa May tentang implikasi dari pakta ini pada sikap Inggris terhadap China dan Taiwan, Boris Johnson berhati-hati untuk tidak mengesampingkan apa pun.

Baca Juga: Nama Indonesia Disebut Australia, Dipandang Setara Rusia, China, India, Hingga Brasil, Terkuak di Tahun 2050 Indonesia Diramalkan Akan Bernasib Begini, Benarkah Akan Terjadi

Dia berkata: "Inggris tetap bertekad untuk membela hukum internasional dan itu adalah saran kuat yang akan kami berikan kepada teman-teman kami di seluruh dunia, dan saran kuat yang akan kami berikan kepada pemerintah di Beijing."

Berbicara kepada ABC, Wu menyatakan dukungan untuk kemitraan AUKUS yang baru dibentuk.

Dia berkata: “Kami senang melihat bahwa mitra Taiwan yang berpikiran sama sehingga kami dapat mempertahankan Indo-Pasifik.

“Australia adalah negara yang hebat, dan saya sangat senang melihat Australia akan memikul lebih banyak tanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Indo-Pasifik.”

Baca Juga: Kota Hantu di China Terkuak Setelah Krisis Evergrande Mencuat, Seluruh Jerman Bahkan Bisa Tinggal di Kota Hantu yang Baru Terkuak Ini, Dunia Berang Bukan Main

China telah meningkatkan intimidasinya terhadap Taiwan selama dua tahun terakhir, mencapai puncak lebih dari 80 pesawat tempur yang dikirim ke pulau itu pada awal Oktober.

Tiga puluh delapan pesawat memasuki zona udara Taiwan pada hari Jumat dan 39 lainnya pada hari Sabtu.

Tetapi, menurut Sunday Morning Herald, konsensus di antara para ahli militer yakni bahwa mungkin perang tidak akan meningkat secara signifikan sampai kemampuan militer China menandingi Amerika Serikat, yang tidak mungkin terjadi sampai tahun 2030-an.

(*)

Artikel Terkait