Intisari-online.com - China disebut sudah bersiap untuk menggempur Taiwan, ini bertujuan untuk memuluskan reunifikasi yang sudah lama mereka rencanakan.
Meski disebut perang sudah semakin dekat antara China-Taiwan, kenyataannya Presiden Rusia, Vladimir Putin justru ungkap fakta sebaliknya.
Ini adalah waktu yang jarang bagi Putin untuk mengomentari masalah Taiwan, di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua sisi selat.
Putin menjawab pertanyaan tentang Taiwan dari reporter CNBC Hadley Gamble pada konferensi Pekan Energi Rusia di Moskow.
Presiden Rusia mengatakan bahwa tidak ada risiko konflik militer antara Taiwan dan China.
Putin mengutip pernyataan Presiden China Xi Jinping bahwa China "secara damai menyatukan kembali Taiwan".
"Saya tidak berpikir China perlu menggunakan kekuatan," katanya.
"China adalah ekonomi yang kuat dalam hal daya beli. China adalah ekonomi nomor satu di dunia, di depan AS hari ini," kata Putin.
"Dengan meningkatkan potensi ekonomi ini, China mampu mewujudkan tujuan nasional. Saya tidak melihat adanya ancaman dalam masalah Taiwan," tambah Putin.
Menanggapi pertanyaan tentang masalah Laut Timur.
Putin menjelaskan bahwa negara-negara perlu menyelesaikan perbedaan mereka melalui negosiasi damai berdasarkan standar hukum internasional dan tanpa campur tangan pihak luar.
Sebelumnya, selama kunjungan ke Kazakhstan pada 12 Oktober, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan.
"Rusia, seperti kebanyakan negara lain, menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayah China. Kami telah dan akan mempertahankan posisi ini dalam kebijakan luar negeri Rusia," katanya.
China menganggap Taiwan sebagai wilayah yang tidak dapat dicabut, yang harus diambil kembali dengan paksa jika perlu.
Pekan lalu, Presiden China Xi Jinping mengumumkan tujuan "penyatuan kembali Taiwan secara damai", menyebutnya sebagai misi bersejarah.