Dikira Bakal Untung Setelah Ambil Utangan dari China, Terkuak Begini Nasib Negara-negara Miskin yang Terancam Gagal Utang ke China, Konsekuensi Ini Konon Akan Mereka Terima

May N

Editor

ilustrasi jebakan utang china
ilustrasi jebakan utang china

Intisari - Online.com -China telah memberi pinjaman miliaran dolar untuk mengembangkan negara-negara mskin.

Namun kini karena Covid-19 telah meningkatkan tingkat catatan utang global, negara-negara berisiko gagal membayar dan hubungan yang dibangun dengan China bisa memburuk.

Pada tahun 2013, Presiden China Xi Jinping mengumumkan peluncuran "Belt and Road Initiative" (BRI), proyek multi-miliaran dolar yang sering dikenal sebagai Marshall Plan China.

China mengatakan program itu dibuat untuk mengembangkan terhubungnya ekonomi dan kerjasama di seluruh dunia.

Baca Juga: Ketika Indonesia Tetap Ngotot LanjutkanProyek Kereta CepatSenilai Rp114 Triliun Sampai Gunakan Dana APBN, Malaysia Justru Membatalkannya, 'Utang Kami Sudah Numpuk!'

Terdiri dari koridor di darat dan jalur laut, skema BRI melibatkan 71 negara dan separuh populasi dunia.

China mengatakan inisiatif itu adalah paket stimulus ekonomi, dirancang untuk membantu bisnis milik negara dalam solusi sama-sama menang.

Kritik sendiri telah menuduh mereka menjebak negara-negara yang akhirnya akan tunduk pada China.

Pinjaman China ke negara-negara di Benua Afrika mencapai USD 152 miliar antara 2000 dan 2018, menurut South China Morning Post, sebagian besar masuk dalam BRI.

Baca Juga: Diam-diam Terima Sogokan China untuk Bangun Jalur Sutera, Terkuak Inilah Utang Rahasia Indonesia yang Diambil dari China Segini Jumlahnya

BRI kemudian dikenal sebagai 'diplomasi jebakan utang', di mana sebuah negara meminjamkan uang dengan niat politik atau kesadaran ekonomi jika pinjaman tidak bisa dilunasi.

Mengutip Newsweek, jika ada negara yang gagal membayar utang, ditakutkan situasinya akan mirip dengan Sri Lanka.

Pemerintah Sri Lanka tidak mampu membayar utang jasa di pelabuhan, yang akhirnya membuat pelabuhan tersebut dikuasai China dalam masa 99 tahun.

Amerika Serikat (AS) telah mengatakan kekhawatiran jika pelabuhan tersebut bisa dipakai China sebagai pangkalan militer mereka.

Baca Juga: Dimulai dari Laos, Jebakan Utang China Lewat Jalur Kereta Ini Terancam Akan Berakhir di Laos Tanpa Ada Kepastian Bisa Menyebar ke Negara Asia Tenggara Lainnya, Karma untuk China?

Administrasi Trump telah berulang kali memperingatkan negara-negara Afrika jika menerima pinjaman China dapat menyebabkan mereka kehilangan kontrol atas aset-aset strategis mereka.

Mereka memperingatkan bahwa sebuah pelabuhan strategis di Tanjung Harapan Afrika atau Djibouti bisa mengalami hal yang sama, sebuah prospek yang telah ditampik pemerintah Afrika.

Kini, dengan ekonomi global kesulitan pulih dari Covid-19, kekhawatiran gagal membayar ini lebih nyata daripada sebelumnya.

Namun apakah ancaman jebakan utang ini memang benar-benar nyata?

Baca Juga: Pantesan China Sumringah Beri Utangan Sana-sini, Negara Miskin Utang Sampai Tembus Rp 5,5 Kuadraliun dengan Jaminan Investasi, Padahal Kenyataan Aslinya Sungguh Miris

"Diplomasi jebakan utang adalah salah satu bentuk tekanan finansial, tapi tidak hanya ini yang dipakai China untuk mengumpulkan pengaruh, meraih posisi, akses militer dan kekuatan di seluruh dunia," ujar Rick Fisher, rekan peneliti di lembaga penelitian AS International Assessment and Strategy Center.

"Tujuan China adalah membangkitkan kembali gaya Kerajaan Tengah dalam hegemoni global, yang mana Beijing akhirnya memiliki dominansi dalam keamanan dan kesejahteraan suatu negara."

China telah menjadi mitra perdagangan dominan dengan Afrika dan membentuk Forum Pertahanan dan Keamanan China Afrika pada 2018.

"Kelompok ini bertemu di China, diatur oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dan sebagian besar negara Afrika adalah anggotanya," ujar Fisher.

Baca Juga: Viral Isu Amerika Serikat Terancam Tak Bisa Bayar Utang, Rupanya AS Punya Utang Rp15.256 ke China, Risiko Ini Akan Diterima AS Jika Tak Sanggup Bayar Utang!

"Dari sini, China akan mendapatkan hubungan militer, yang juga membentuk kerjasama ekonomi dan pengaruh politik, menuntun pada akses militer China. Sehingga itu bukan hanya jebakan utang, tapi satu alat untuk memperluas hegemoni China atas militer, ekonomi dan politik."

Zambia baru saja memperingatkan mereka hampir gagal membayar utang pada kreditur China, dengan China menghitung kasarannya seperempat dari total USD 12 miliar utang luar negeri negara tersebut.

Kenya juga mengatakan mereka berharap mengatur ulang kesepakatan pinjaman USD 4,5 miliar dengan China.

Kimani Ichung'wa, kepala Komite Parlemen Pendanaan Kenya, mengatakan kepada The EastAfrican: "Sangat mudah untuk menyelesaikan masalah pembayaran utang dengan duduk dengan China dan menjelaskan kami membuat kesalahan. Kami berhutang kepadamu semua uang ini tapi Anda juga meminta terlalu banyak dari kami dalam hal pelunasannya. Ini adalah utang. Lihat, ekonomi kami hancur dan kami tidak mampu membayar. Kami tidak mengatakan tidak ada utang, tapi kami hanya ingin mengatur ulang apa yang kami utangkan kepada Anda dan masalah pembayaran."

Baca Juga: Sering Sebut China Tidak Selevel dengan Mereka, Siapa Sangka Justru Segini Banyak Utang Amerika ke China, Benarkah Negeri Paman Sam Sudah Terperosok dalam Jebakan Utang China?

Sementara China telah memberikan kelonggaran utang kepada 77 negara termasuk Kenya dalam kesepakatan G20 terbaru untuk membantu negara miskin dan berkembang selama pandemi, Kenya telah mengatakan mereka tidak akan mencari kelonggaran utang takut jika hal itu bisa menyakiti kemampuan mereka memanfaatkan pasar modal.

Beijing dilaporkan telah menolak keras tuntutan penghapusan utang di masa depan untuk negara-negara dan dengan kegagalan China untuk sepenuhnya berpartisipasi dalam perjanjian dengan semua lembaga milik negara, berarti bahwa selama pertemuan dengan Dana Moneter Internasional, Bank Dunia mendesak pihak-pihak untuk "berharap yang terbaik dan bersiap untuk yang terburuk."

Sebuah solusi belum ditemukan antara China dan Kenya. Pada 2015, China-Africa Research Initiative (CARI) di Universitas John Hopkins mengidentifikasi 17 negara Afrika yang dianggap memiliki eksposur utang berisiko ke China, dan berpotensi tidak mampu membayar kembali pinjaman mereka.

Dengan pandemi yang mendorong negara-negara miskin dan berkembang lebih jauh ke dalam utang, ada kekhawatiran bahwa peningkatan utang China atas negara-negara tersebut akan meningkat.

Baca Juga: Peduli Setan Ekonomi Dunia Terguncang, Terkuak Runtuhnya Ekonomi China yang Runtuh Karena Utang Mega Properti Ini Sebenarnya Akal-akalan Xi Jinping yang Berambisi Membuat China Menjadi Sosialis Lagi

Sementara China telah membatalkan pinjaman tanpa bunga ke Afrika, menurut para peneliti di Universitas Johns Hopkins, pinjaman tanpa bunga menyumbang kurang dari 5 persen dari total utang Afrika ke negara itu.

Negara-negara seperti Kenya dan Zambia mengatakan bantuan lebih lanjut masih diperlukan.

Artikel Terkait