Intisari-Online.com - Meskipun pemerintah China membantah keras tudingan jika mereka telah mengatur jebakan utang atau debt trap di negara-negara Afrika, namun banyak pakar meragukannya.
Perangkap atau jebakan utang (debt trap) sendiri mengarah pada negara pemberi utang atau kreditur yang dengan sengaja memperpanjang kredit karena negara yang berutang atau debitur mengalami kesulitan keuangan untuk membayar pinjaman yang jatuh tempo.
Namun perpanjangan masa kredit biasanya mengandung syarat tertentu seperti negara kreditor mendapatkan konsesi ekonomi, bahkan politik, di negara debitur.
Ketika suatu negara negara tidak bisa membiayai pembangunan infrastruktur, pilihannya adalah berutang.
Baca Juga: Tak Berguna, Proyek Super Mahal Timor Leste Ini Justru Bikin Negara Masuk Jebakan Utang China
Dalam kasus daerah yang lebih miskin di Afrika dan di tempat lain, jawabannya sering kali adalah mencari dukungan dari pemerintah asing termasuk China.
Belt and Road Initiative, ditambah dengan pinjaman dari bank-bank pembangunan Beijing, berarti China telah merebut posisi negara-negara Barat sebagai kreditur pemerintah terbesar di benua itu.
Melansir Financial Times, Senin (9/8/2021), penelitian dari Stephany Griffith-Jones dari Columbia University dan Marco Carreras dari University of Sussex menunjukkan China menyumbang 13 persen dari semua pinjaman bilateral sejak 2015.
Kreditur terbesar berikutnya, AS, hanya memegang 4 persen.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR