Penulis
Intisari-Online.com -Jalur kereta China-Laos akan dibuka pada 2 Desember, tapi belum jelas apakah proyek jebakan utang China tersebut bisa menyebar ke negara Asia Tenggara lainnya.
Jalur kereta ini begitu mentereng, menghubungkan ibukota Vientiane dengan provinsi China selatan, Yunnan.
Membentang sejauh 414 kilometer dari perbatasan dengan China, jalur kereta baru akan mengubah Laos dari negara yang terkurung daratan.
Proyek yang termasuk dalam Belt and Road Initiative ini disebutkan oleh media pemerintah China, Xinhua, senilai USD 6 miliar.
Xinhua juga menjelaskan proyek ini akan sangat bermanfaat bagi Laos karena ekonomi mereka yang belum berkembang akan tumbuh pesat segera setelah transportasi ini berjalan membawa turis dan pebisnis China, memberi perdagangan yang lebih cepat dan lebih besar, dan kemudian membuat Laos terhubung serta ekonomi pasca-pandemi mereka pulih.
Beijing mencari cara menunjukkan kereta China-Laos sebagai cerita sukses Belt and Road Initiative, proyek yang mendorong negara Asia Tenggara lain dengan tegas menerima dan menyongsong skema pembangunan infrastruktur USD 1 triliun yang telah berbentuk apa saja di negara tetangga Laos.
Termasuk juga kemajuan dalam jalur kereta lain yang mirip di Thailand dan proyek pelabuhan di Myanmar.
Keduanya adalah kunci untuk visi BRI dalam ekonomi regional terhubung dengan China sebagai pusatnya.
Visi yang didorong oleh perdagangan ini jauh lebih penting bagi keamanan ekonomi China saat ketegangan terus berlanjut dengan AS dan sekutu mereka di jalur perdagangan laut.
Tidak ada keraguan jika jalur China-Laos adalah prestasi teknik yang luar biasa.
Kesepakatan antara China dan Laos pertama mulai pada 2015 dan kemudian dilanjutkan pada Desember 2016.
Sejak saat itu, insinyur China telah membangun 75 terowongan, 165 jembatan dan 20 stasiun melalui beberapa daerah pegunungan di seluruh penjuru Asia Tenggara, menurut manajer umum China untuk Lao-China Railway Companya (LCRC), perusahaan gabungan yang akan mengoperasikan jalur kereta tersebut, dikutip dari Asia Times.
Baca Juga: Tak Berguna, Proyek Super Mahal Timor Leste Ini Justru Bikin Negara Masuk Jebakan Utang China
Satu-satunya jalur kereta di Laos sebelum kesepakatan BRI adalah jalur kereta buatan Thailand sejauh 3,5 kilometer di tahun 2009 sepanjang Jembatan Persahabatan Thailand-Laos ke desa Dongphosy, 20 kilometer timur Vientiane, dan jalur sempit 7 kilometer 600 milimeter dibangun di era abad ke-19 ketika Laos masih dijajah Perancis.
Jalur yang terakhir menjadi jalur beberapa air terjun sungai Mekong di sebelah selatan, tapi ditutup pada 1940-an.
Kini, hanya ada beberapa lokomotif berkarat di pulau Don Khon di Mekong.
Proyek abad ke-21 yang baru ini hanyalah pembuka pembangunan infrastruktur masif yang bertujuan mengubah seluruh daratan Asia Tenggara.
Jika semua berjalan sesuai rencana, jalur kereta itu akan berlanjut dari Vientiane menuju yang direncanakan sebagai jembatan baru di Sungai Mekong ke Nong Khai di Thailand dan kemudian akhirnya menuju Singapura.
Namun ada efek negatif ke rencana besar yang membuat Laos utang besar-besaran pada China.
Sekitar USD 3,6 miliar dari biaya total pembangunan jalur kereta sebesar USD 5,97 miliar itu telah dibiayai oleh pinjaman dari Bank Ekspor-Impor China dan sisanya oleh LCTC, yang terdiri dari tiga firma milik pemerintah China yang memegang saham 70% serta perusahaan negara Laos dengan saham 30%.
Namun bagian dari Laos pun juga ditutup sebagian dengan pinjaman dari China.
Tagihan terus datang ketika ekonomi USD 20 miliar Laos dibebani oleh kira-kira USD 12,6 miliar di utang luar negeri, termasuk USD 5,9 miliar yang meminjam China untuk jalur kereta dan proyek lainnya.
Fitch Ratings menggambarkan pembayaran ulang utang luar Laos sebagai "menantang" dalam laporan 9 Agustus dengan sekitar USD 422 juta untuk sisa tahun 2021 "dan kurang lebih USD 1.16 miliar untuk tenggat waktu antara 2022 dan 2025."
Untuk memenuhi persyaratan tanpa harus berutang lagi, dan kemungkinan besar dari China, akan lebih dari "tantangan", ujar laporan Fitch Ratings.
Kekhawatiran meningkat jika Laos akan segera tenggelam dalam utang yang mereka tidak bisa lunasi dan menjadi korban dalam jebakan utang China.
Tidak bisa membayar dalam mata uang mereka, Laos telah menggunakan cara melunasi utang ke China melalui pertukaran uang ke ekuitas.
September tahun lalu, Vientiane memberikan kontrol besar untuk perusahaan utilitas negara yang penuh utang, Electricite du Laos, kepada China Southern Power Grid Co untuk menutupi utang mereka.
Laporan mencatat saat itu artinya perusahaan listrik nasional Laos secara de fakto dikuasai oleh perusahaan milik negara China.
Pengikisan kedaulatan ini tidak diragukan lagi membunyikan alarm bahaya bagi negara Asia Tenggara lain, tapi bukan Thailand.
Thailand telah memiliki jaringan kereta api yang canggih dengan rel berukuran 1 meter sementara kereta cepat China-Laos akan menggunakan rel standar berukuran 1,435 milimeter.
Ini artinya jalur kereta baru akan harus dibangun di sisi Thailand dan meluas.
Bahkan Malaysia dan Singapura memiliki ukuran rel kereta yang tidak cocok dengan kereta api cepat China.