Begitu ratusan tentara asing tiba dan siap beraksi, mereka justru menghilang, tak ada perlawanan apalagi peperangan.
Mayor Chip Henriss-Anderssen, dari Brigade Ketiga Townsville, pasukan Australia, mengatakan ketika dia tiba pada pagi hari (21/9/1999) di dermaga Dili bahwa para pengungsi asli tampak ketakutan dan tetap berada dalam kelompok-kelompok kecil.
“Tetapi setelah beberapa saat mereka muncul, satu atau dua orang sekaligus, dan menjabat tangan kami,” katanya.
“Anak-anak kecil itu berkata, 'Hei tuan!' Mungkin setelah beberapa saat kami akan bisa mengajari mereka mengucapkan 'G'day'," ungkapnya.
Pasukan Special Air Service yang berbasis di Perth termasuk di antara orang Australia pertama yang tiba dengan pesawat Hercules tak lama setelah fajar. Mereka berlari melintasi aspal berdebu, mengamankan perimeter.
Sementara itu, beberapa lusin tentara Indonesia disebut menunggu dan mengawasi.
Kompleks PBB tempat pasukan asing menghabiskan enam hari yang panjang dan menakutkan sebelum dievakuasi saat itu belum terbakar dan sebagian besar peralatan PBB juga tidak tersentuh.
Meski begitu, seorang pejabat PBB yang telah tinggal di konsulat Australia yang dibentengi, tidak jauh dari bandara, mengungkapkan betapa mengerikan situasi sebelumnya.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR