Intisari-Online.com - Sejakpasukan Amerika Serikat tinggalkanAfghanistan, hubungan Taliban danAS masib ambigu.
AS jelas ingin mengakhiri perang setelahpasukan Amerika SerikattinggalkanAfghanistan.
Namun bagaimana dengan Taliban?
Hal itu masih menjadi tanya besar. Apalagi masih ada kelompok anti-Taliban yang berjuang di negara itu.
Nah, dilaporkan telahTaliban dan AS mengadakan pembicaraan pertama sejak2 bulan Afghanistan jatuh ke tangan Taliban.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Minggu (10/10/2021),pembicaraan itu rencananya diadakan di Doha, Qatar.
Di mana tujuannya untuk membahas sejumlah masalah.
Apa saja yang dibahas?
Mulai dari kebijakan luar negeri hingga ekonomi dengan AS yang menawarkan vaksin virus corona kepada warga Afghanistan.
Di pihak Taliban, anggota kelompok militan meminta AS untuk menghapus larangan cadangan pusat Afghanistan, menurut Al-Jazeera.
Menteri Taliban, Amir Khan Muttaqi dikutip di Al-Jazeera mengatakan kedua pihak membahas untuk "membuka halaman baru" antara kedua negara setelah perang terpanjang dalam sejarah.
BahkanTaliban telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan bekerja sama dengan AS untuk memerangi ISIS.
Juru bicara Suhail Shaheen mengatakan kepada Associated Press bahwa Taliban dapat mengatasi ISIS secara mandiri.
Diketahui memang telah terjadi beberapa serangan teroryang diklaim dilakukan oleh ISIS-K.
Akibat dari serangan itu, telah menewaskan 46 minoritas Muslim Syiah dan melukai puluhan lainnya di kota Kunduz saat mereka berdoa di sebuah masjid.
Pembicaraan akan berlangsung selama Sabtu dan Minggu.
Tapi AS bukanlah negara pertama yang melakukan pembicaraan dengan kepemimpinan Taliban yang berkuasa di Afghanistan.
Pemerintah Inggris adalah yang pertama.
Sebelumnya Inggris juga mengadakan pembicaraan pertamanya dengan kelompok militan minggu ini.
Kantor Luar Negeri Inggris mengatakan mereka membahas teror, pendidikan anak perempuan, dan perjalanan yang aman ke luar negeri.
Juru kampanye Inggris telah menyarankan sekitar 400 hingga 500 warga Inggris masih tersisa di Afghanistan dan mencari dukungan untuk kembali ke rumah.
Taliban sendiri telah mengindikasikan bahwa mereka mungkin fleksibel dalam mengevakuasi warga asing bagi mereka yang masih berada di Afghanistan.
Akan tetapi perlu diwaspadai bahwakrisis Afghanistan telah memberikan kesempatan bagi China dan kekuatan lain untuk mengisi ruang yang ditinggalkan oleh Barat.
Taliban menguasai Kabul pada 15 Agustus 2021, hanya10 hari setelah ibukota provinsi pertama Zaranj direbut oleh kelompok itu.