Intisari-Online.com - Konflik Amerika Serikat (AS) dan Taliban setelah Afghanistan jatuh ke tangan Taliban tidak selesai-selesai.
Pasukan AS memang telah resmi meninggalkan negara itu pascaAfghanistan jatuh ke tangan Taliban.
Namun sepertinya kelompok itu terus mengejar AS.
Kali ini juru bicara Taliban Zabihullah Mujahidmenuduh Washington melanggar kesepakatan damai yang ditandatangani antara AS dan Taliban di Doha, Qatar pada Februari 2020.
Dalam peringatannya, Mujahid mengatakan: “Kami menyerukan kepada negara-negara, terutama Amerika Serikat, untuk memperlakukan Afghanistan dengan baik."
"Seperti mengingat hak, hukum, dan komitmen internasionl."
"Itu untuk mencegah konsekuensi negatif apa pun,” kata Mujahiddi Twitter.
PasukanAS diketahui menarik diri dari Afghanistan pada 30 Agustus setelah 20 tahun memegang kendali.
Selama 20 tahun berperang itu, perang itu sudah menelan biaya triliunan dolar dan banyak nyawa dalam prosesnya.
Tapi AS tidak 100% meninggalkan Afghanistan.
Ternyata Presiden AS Joe Biden selalu mempertahankan gagasan bahwa ASselalu mengawasi apapun di Afghanistan dari atas langit.
Kemampuan itu memungkinkan militer AS untuk menyerang teroris di negara itu.
Meskipun Mujahid tidak merinci apa konsekuensi negatifnya, tapi kehadiran drone AS yang terus berlanjut di Afghanistan telah menjadi kontroversi.
Apalagi setelah serangan udara pada 29 Agustus di mana AS menargetkan target ISIS-K yangmenjadi serangan ke bandara Kabul.
Namun bukannya menyerang ISIS-K, serangan udara itu malah membunuh sebuah keluarga yang terdiri dari 10 orang dalam prosesnya.
Jenderal AS Frank McKenzie bahkan menyatakan tidak ada satu pun teroris yang tewas dalam serangan kontra-terorisme yang gagal itu.
Namun jenderal AS lainnya menyalahkan pembicaraan Doha atas penarikan AS dari Afghanistan.
Banyak dari mereka mempertanyakan apakah keputusan itu dibuat pada waktu yang tepat.
Jenderal Mark Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan AS mengatakan: "Di bawah perjanjian Doha, Amerika Serikat akan mulai menarik pasukannya bergantung pada Taliban yang memenuhi persyaratan tertentu."
Menurut Jenderal Milley, adabeberapa syarat di dalam perjanjian itu.
"Salah satunya syaratnya adalah Taliban tidak menyerang pasukan AS."
"Namun Taliban gagal melakukannya," ungkapJenderal Mark Milley seperti dilansir dariexpress.co.uk pada Sabtu (2/10/2021).
"Dan mungkin yang paling penting bagi keamanan nasional AS, Taliban tidak pernah meninggalkan Al-Qaeda atau memutuskan afiliasinya dengan mereka.”
Padahal AS sangat membenciAl-Qaeda atau ISIS.