Intisari-Online.com -Krisis Evergrande, raksasa gurita China yang merugi akibat peraturan baru pemerintah China, kini sudah mulai dirasakan dunia.
Namun justru negara Eropa ini yang duluan menerima akibatnya.
Evergrande mendapatkan krisis ketika terjebak utang senilai lebih dari USD 400 miliar atau sekitar Rp 4000 triliun.
Gurita bisnis yang sangat besar mulai dari properti, real estate, klub sepak bola, mobil listrik sampai susu formula bayi pun terancam bangkrut.
Hal ini karena keterbatasan uang tunai yang dimiliki perusahaan.
Krisis ini dikhawatirkan memicu krisis ekonomi global.
Sabtu (2/10) kemarin, Bloomberg melaporkan dampak krisis Evergrande malah sudah terasa di Swiss.
Evergrande mengembangkan kendaraan listrik lewat anak perusahaannya, Evergrande New Energy Vehicle Group, bersama National Electric Vehicle Sweden AB (NEVS).
Namun karena proyek yang macet, NEVS memecat sebanyak 300 karyawan, hampir separuh dari total karyawan di pabriknya yang berjumlah 670 pekerja.
“Karena kurangnya dana dari Evergrande New Energy Vehicle Group, kami harus memangkas (jumlah) karyawan dan pengembangan kendaraan listrik dihentikan,” kata seorang anggota NEVS dikutip dari Kompas.com.
CEO NEVS Stegan Tilk menjelaskan pihaknya kini tengah mencari investor baru seperti dilansir dari The Dong-a Ilbo.
Evergrande New Energy Vehicle Group sebenarnya telah mempersiapkan produksi massal kendaraan listrik tahun depan, tapi mereka gagal membayar perusahaan produsen peralatan-peralatan di China.
Banyak karyawannya bahkan belum menerima gaji untuk beberapa waktu, bahkan makanan gratis untuk para peneliti di pusat penelitian dan pengembangan telah ditangguhkan.
Evergrande sendiri sudah menjual saham milik beberapa anak perusahaannya pada akhir September guna mengamankan uang tunai.
Namun krisis ini diperkirakan sejumlah analis akan masih berlanjut.
Hal ini karena bisnis utama Evergrande, real estate, mengalami perlambatan karena peraturan China.
Kemudian bisnis kendaraan listriknya yang terkemuka juga kesulitan dalam berjuang.