Muhammad ibn Zakariya al-Razi: Si Jenius dalam Sejarah Kedokteran, Menggantung Daging Segar di Berbagai Lokasi untuk Menentukan Hal Ini

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Muhammad ibn Zakariya al-Razi: Jenius Medis Islam
Muhammad ibn Zakariya al-Razi: Jenius Medis Islam

Intisari-Online.com - Abu Bakar Muhammad Ibn Zakariya Al Razi adalah salah satu orang yang paling terkenal dalam sejarah kedokteran.

Dia adalah seorang alkemis, filsuf, dan dokter Persia yang terkenal, dan secara khusus dikenang atas semua kontribusinya terhadap kemajuan kedokteran.

Setelah menjadi dokter yang sukses, ia bertugas di rumah sakit Ray dan Baghdad.

Gagasan dan karya medis Muhammad ibn Zakariya al-Razi diteruskan, dan diadopsi oleh praktisi Eropa abad pertengahan, dan secara signifikan mempengaruhi perkembangan kedokteran di Barat.

Baca Juga: Inilah Kisah Loreta Janeta Velazques, Rela Menyamar Jadi Seorang Pria untuk Berperang Bersama Suaminya dalam Perang Saudara, Terbongkarkah Penyamarannya?

Muhammad bin Zakariya al-Razi diyakini lahir antara tahun 864 hingga 865 M, meskipun tanggal pastinya tidak diketahui.

Ia dilahirkan dalam keluarga Muslim Persia di Kota Ray, yang terletak di Great Silk Road.

Ketika dia masih muda, dia pindah ke Baghdad untuk belajar dan berlatih di “bimaristan” (rumah sakit) lokal.

Di Baghdad, ia belajar di bawah bimbingan salah satu murid Humayun ibn Ishaq, yang mahir dalam pengobatan India, Yunani, dan Persia.

Baca Juga: Kisah Tragis dan Rahasia Fatal Bintang Hollywood Rock Hudson, Kematiannya Karena Penyakit yang Sempat Jadi Epidemi di Amerika Hingga Sebabkan Ribuan Orang Meninggal

Studinya termasuk astronomi, filsafat, alkimia, dan matematika.

Kemudian, al-Razi mendapat kesempatan mengunjungi rumah sakit terkenal Muqtadari, di mana ia memperoleh pengalaman praktis untuk perjalanan medisnya.

Dia menjadi sangat populer sehingga orang-orang dari bagian Asia yang jauh mulai datang kepadanya.

Hidup sebagai Dokter

Baca Juga: Kisah Para Perempuan Timor Leste: 'Langgar Tradisi' untuk Selamatkan Diri dari Perbudakan Nafsu Jepang pada Perang Dunia II

Pada masa pemerintahan Al-Muktafi, khalifah Abbasiyah dari tahun 902 hingga 908 M dan putra pemimpin militer besar Al-Mutadid, Razi, diberi tanggung jawab untuk membangun rumah sakit baru.

Rumah sakit ini menjadi yang terbesar di masa kekhalifahan Abbasiyah.

Untuk memilih lokasi rumah sakit masa depan, Muhammad ibn Zakariya al-Razi mengadopsi pendekatan berbasis bukti.

Dia menggantung daging segar di berbagai lokasi yang diusulkan untuk rumah sakit, akhirnya membangunnya di lokasi di mana daging paling lama membusuk.

Baca Juga: Kisah Pilu di Balik Rangkaian Peristiwa G30S: Kapten Pierre Tendean Gagal Nikahi Kekasihnya Demi Jadi Perisai AH Nasution

Muhammad ibn Zakariya al-Razi telah mendapatkan reputasi tinggi sebagai dokter, dan itu membuatnya terus berpindah dari satu kota ke kota lainnya.

Dia tidak dapat menetap di satu tempat karena meningkatnya permintaan di berbagai kota yang jauh.

Namun, ia menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di kota asalnya, Ray.

Di kemudian hari ia menderita katarak dan menjadi buta total.

Muhammad bin Zakariya al-Razi meninggal pada tahun 925 M di Ray pada usia 60 tahun.

Bahkan setelah kematian al-Razi, ketenarannya sebagai seorang jenius medis terus menyebar dan masih hidup.

Baca Juga: Kisah Olivia Farnsworth, Gadis Cilik ‘Bionik’ yang Tidak Pernah Merasa Lapar, Tidak Perlu Tidur, Bahkan Tak Merasa Lelah!

(*)

Artikel Terkait