Intisari-Online.com - Baru-baru ini, terungkap 6 orang tahanan Palestina berhasil meloloskan diri dengan cara yang unik dari Penjara Gilboa.
Pada Senin (6/9/2021), mereka berhasil melarikan diri melalui terowongan di kaki wastafel, dan uniknya mereka melakukannya dengan memanfaatkan sendok.
Mereka menggali lubang ke bagian luar penjara dengan menggunakan perkakas makan.
Pengacara salah seorang buronan pada Rabu (15/9/2021), mengatakan bahwa kliennya, Mahmud Abdullah Ardah, mengungkapkan ia menggali terowongan dari selnya menggunakan sendok, piiring dan pegangan ketel.
Ia mengungkapkan Ardah telah menggali jalan keluar dari penjara tersebut sejak Desember.
Kisah napi yang berhasil meloloskan diri dengan cara unik itu pun sampai memicu lahirnya simbol perlawanan baru, yang tak lain adalah sendok makan.
Sejak terungkap peristiwa itu, tagar “Sendok Ajaib” bersliweran di media sosial sebagai bentuk kebebasan.
Sendok pun kerap dibawa dalam demonstrasi di luar territorial Palestina, termasuk pada unjuk rasa mendukung tahanan yang dipenjara oleh Israel.
Bukan hanya itu saja, para seniman membuat karyanya terinspirasi 'simbol perlawanan baru' itu.
Seniman Kuwait, Maitham Abdal memahat tangan raksasa yang menggenggam sendok dengan kuat dan disebutnya sebagai “Sendok Kebebasan”.
Semantara desainer grafis Raed al-Qatnani, secara simbolis menggambarkan enam siluet yang diwakili oleh sendok.
Baginya, itu juga menjadi simbol dari berbagai aksi mogok makan yang dilakukan oleh para tahanan Palestina yang memprotes penahanan mereka.
Saat ini, enam tahanan itu sendiri telah ditangkap kembali.
Polisi Israel pada Sabtu (18/9) menangkap dua terakhir dari enam milisi Palestina yang melarikan diri dari penjara itu.
Kepolisian Israel mengatakan kedua tahanan itu ditemukan di distrik timur Kota Jenin.
Bukan hanya di Israel, peristiwa serupa juga pernah terjadi di Indonesia, bahkan bukan hanya sekali.
Pada 2019 lalu, dua narapidana (napi) di Rutan Klas IIB Sumenep kabur dengan melubangi tembok sel mereka menggunakan sendok makan.
Dua napi itu adalah Matrawi (37), warga Desa Jeruan Kaok, Kecamatan Batu Putih dan Abdul Baidi (32), warga Banaresep Barat, Kecamatan Lenteng.
Matrawi adalah napi kasus KDRT dengan vonis 2 tahun 6 bulan sementara Baidi napi kasus narkoba dengan vonis 6 tahun.
Saat itu, sebenarnya Matrawi yang terhitung kabur untuk ketiga kalinya telah diborgol dengan dua borgol dan dirantai kakinya tetapi masih bisa kabur.
Namun, pihak rutan Sumenep menemukan borgol tersebut sudah dalam keadaan patah, juga menemukan tembok yang sudah berlubang seukuran badan pria dan sebuah sendok makan.
Sementara Baidi yang kebetulan berada di sel sebelah Matrawi, diajak untuk ikut kabur ketika lubang itu menembus selnya.
Peristiwa lainnya terjadi belum lama ini, tepatnya pada Februari 2021 lalu.
Faisal dan Meki merupakan tahanan Polsek Pontianak Utara yang berhasil diringkus setelah melarikan diri pada Kamis (18/2/2021) dini hari.
Dua tahanan tersebut kabur setelah mengikis dinding ruang tahanan dengan sendok yang telah ditajamkan.
Otak pelarian ada Faisal, yang memiliki ide untuk mengikis dinding sel dengan sendok yang ditajamkan.
Polsek Pontianak sendiri diakui sebagai bangunan yang sudah tua meski masih layak dan kuat.
Sebelum berbagai aksi narapidana kabur menggunakan sendok tersebut, peristiwa terkenal yang jadi 'inspirasi' para tahanan terjadi berpuluh-puluh tahun lalu di Penjara Alcatraz Amerika.
Kisahnya terungkap melalui surat yang dibuat oleh John Anglin pada tahun 2013 tetapi baru muncul ke publik tahun 2018 lalu.
John Anglin menceritakan pengalamannya melarikan diri dari Penjara Alcatraz pada 11-12 Juni 1962 bersama dua narapidana lain, Clarence Anglin dan Frank Morris.
Tiga napi tersebut menggunakan pisau gergaji yang dibuang, sendok makan yang dipertajam, dan bor rakitan yang dibuat dari mesin penyedot debu.
Mereka berusaha memperbesar ventilasi dan menyamarkan keributan yang timbul dengan permainan akordean Frank Morris.
Mereka begitu teliti, menyembunyikan progres ventilasi yang terus membesar dengan melapisinya dengan karton dan cat.
Selanjutnya, mereka membuat rakit untuk keluar dari pulau.
Mereka bahkan membuat jaket pelampung dari sampah plastik jas hujan.
Akhirnya, mereka membuat satu set dayung dari kayu bekas sebelum memutuskan untuk keluar dari Alcatraz.
Upaya mereka terlihat mustahil, pasalnya selain seram, bangunan penjara itu diklaim membuat tahanan tidak bisa melarikan diri dengan mudah.
Penjara ini dibangun di sebuah pulau bernama pulau Alcatraz di San Fransisco, Amerika Serikat, yang dikelilingi arus air dingin yang sangat besar.
Tetapi rupanya tiga tahanan tersebut berhasil kabur dan bertahan hidup meski sempat dilakukan pengejaran.
Kini penjara Alcatraz sendiri telah berhenti beroperasi.
(*)