Intisari-online.com - Timor Leste memilih merdeka dar Indonesia setelah melakukan referendum untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Pada 30 Agustus 1999, hampir 80 persen rakyat Timor Timur memilih berpisah dari Indonesia.
Referendum itu sekaligus menutup tirai invasi Indonesia, dan pendudukan berdarah Indonesia atas Timor Timur.
Timor Timur kemudian berganti nama mejadi Timor Leste setelah merdeka dari Indonesia.
Pendudukan Timor Leste selama 25 tahun oleh Indonesia menyebabkan korban sebanyak 250.000 karena perang, kelaparan, dan penyakit.
Militer Indonesia melakukan pendudukan, dengan menghancurkan infrastruktur, dan memaksa ratusan ribu orang mengungsi.
Timor Leste memiliki penduduk sebanyak 1,3 juta jiwa, sebagian besar memeluk agama katolik.
Meski telah merdeka dari Indonesia, Timor Leste ternyata masih bergantung pada Indonesia, hal ini terungkap pada awal pandemi Covid-19 melanda dunia.
Pada awal tahun 2020, pada saat Pandemi menyebar di China, Menteri Perencanaan dan Investigasi Strategis Republik Demokratik Timor Leste, Xanan Gusmao meminta tolong pada Indonesia.
Ia mengunjungi Indonesia untuk bertemu dengan bertemu Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD.
Dia menyebutkan negaranya tidak memiliki fasilitas untuk karantina ke-17 warganya yang terinfeksi virus corona.
"Karena harus mengerti, kami tidak punya fasilitas dan yang bisa kita lakukan hanya minta bantuan ke negara lain," ujarnya.
Xanana meminta bantuan melakukan evakuasi warganya yang saat itu berada di China.
Jika tidak mendapat bantuan, Timor Leste khawatir dengan potensi penyebaran Covid-19 di negaranya.
Sayangnya permintaan tersebut ditolak oleh Indonesia.
Sebelumnya, Timor Leste meminta ke Bali untuk mengkarantina warganya di Bali.
Hal itu disampaikan oleh I Ketut Suarjaya, Selasa (4/1/20).
"Kita menolak dijadikan tempat karantina, Kita tidak bisa menerima usulan mereka," katanya.
Penolakan tersebut, ternyata sudah berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo, yang menyetop kunjungan dari China pada awal pandemi.
Karena mendapat penolakan beruntun, alhasil rengekan Timor Leste didengar oleh Selandia Baru.
Pesawat Selandia Baru mengevakuasi 190 orang dari Wuhan, membawa 17 warga Timor Leste yang dimaskudkan.
Dalam pesawat itu, tidak ada penimpang yang menunjukkan gejala virus corona.
Namun, ada satu orang yang saat itu dilarang terbang, setelah pemeriksaan kesehatan, menurut kementerian luar negeri Selandia Baru.
Pada waktu itu, ada 17 warga Timor Leste di Wuhan, dan 17 lainnya warga Papua Nugini, 5 Samoa, 4 Tonga, 2 Fiji, dan sisanya penduduk di negara lain.