Terpatri dalam Patung Ikonik Berusia Ratusan Tahun, Persahabatan AS dengan Negara Ini Hancur Seketika Usai Australia Umumkan Pembangunan Kapal Selam Nuklir, Kesepakatan Ini Pemicunya

May N

Penulis

Patung Liberty
Patung Liberty

Intisari-Online.com -Amerika Serikat adalah negara yang berdiri dari perjuangan imigran Eropa yang mencari dunia baru.

Mereka terdiri dari para warga Inggris yang mencari kebebasan dan demokrasi karena lelah terkungkung dalam monarki Inggris.

Kebebasan yang dicari di AS juga karena di Eropa terutama di Inggris masih harus menganut agama.

Simbol kebebasan di AS adalah Patung Liberty.

Baca Juga: Berusia Antara 7.000 dan 8.000 Tahun Lalu, Relief Unta di Arab Saudi Ini Lebih Tua dari Stonehenge dan Piramida Giza.

Namun ternyata patung tersebut bukan buatan AS sendiri.

Pada 17 Juni 1885, Patung Liberty tiba di AS dari Perancis.

Patung tersebut menjadi hadiah persahabatan dari orang-orang Perancis, yang kemudian diresmikan pada 28 Oktober 1886 dan ditetapkan sebagai Monumen Nasional tahun 1924.

Patung Liberty yang ditujukan untuk memperingati Revolusi Amerika dan satu abad persahabatan antara Amerika Serikat dan Prancis.

Baca Juga: Konon Ini yang Membuat Presiden Soeharto Gagal Menangkan Hati Rakyat Timor Leste Lewat Pembangunan Patung Kristus Setinggi 89 Kaki di Dili, padahal Sudah Habiskan Miliaran Rupiah

Dirancang oleh pematung Prancis, Frederic-Auguste Bartholdi.

Ia dibantu oleh seorang insinyur bernama Gustave Eiffel, sosok insinyur yang selanjutnya mengembangkan menara di Eiffel di Paris.

Sayangnya, persahabatan Perancis dan AS tersebut mungkin bisa hancur setelah kejadian terbaru ini.

Perancis Sabtu (18/9/2021) lalu menuduh Australia dan AS berbohong atas krisis terkait kesepakatan keamanan yang membuat Canberra menghanguskan kontrak membeli kapal selam dari Perancis dan membuat kontrak baru dengan AS.

Baca Juga: Ada di Ibu Kota Timor Leste, Begini Sejarah Berdirinya Patung Cristo Rei, 'Warisan' Pemerintah Indonesia yang Kini Jadi Ikon Bumi Lorosae

"Telah ada penipuan, duplikasi, pelanggaran kepercayaan dan penghinaan," ujar Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian kepada stasiun televisi French 2 dikutip dari The Straits Times.

Ia menambahkan 'krisis serius' kini ada dalam progress hubungan antara sekutu.

Le Drian berbicara sehari setelah Paris di bawah arahan Presiden Emmanuel Macron, menarik dubes Perancis dari Canberra dan Washington, aksi tidak terhitung yang membuktikan kemarahan yang dirasakan Perancis atas gagalnya kontrak kapal selam mereka.

Ia menggambarkan penarikan dubes itu sebagai aksi 'sangat simbolis' yang bertujuan "untuk menunjukkan betapa tidak bahagianya kami dan ada krisis serius antara kami dan untuk mengevaluasi ulang posisi kami mempertahankan kepentingan kami."

Baca Juga: Sudah Terdengar Sampai Telinga Presiden China, Begini Komentar Xi Jinping Setelah Mendengar Soal AUKUS yang Tak Terima Australia Diberi Kapal Selam Nuklir

"Fakta bahwa pertama kalinya dalam sejarah hubungan antara Perancis dan AS kami menarik dubes kami untuk konsultasi adalah aksi politik yang sangat serius, yang menunjukkan besarnya krisis yang ada antara negara-negara kami," ujarnya.

Ia juga mengeluarkan respon pedas atas pertanyaan mengapa Perancis tidak menarik dubes mereka untuk Inggris.

Padahal London juga bagian dari kesepakatan keamanan yang menyebabkan putusnya kontrak tersebut.

"Kami telah memanggil duta besar kami ke (Canberra dan Washington) untuk mengevaluasi kembali situasi. Dengan Inggris tidak perlu. Kami tahu oportunisme konstan mereka. Jadi tidak perlu membawa duta besar kami kembali untuk menjelaskan," katanya.

Baca Juga: Merasa Ditusuk Dari Belakang Pantesan Prancis Mencak-Mencak, Ternyata Jauh Sebelum Aukus, Prancis Dibikin Panas Oleh 'Sekutu' Juga Gara-Gara Senjata Nuklir

Mengenai peran London dalam kesepakatan itu sendiri, ia menambahkan: "Inggris seperti orang ketiga dalam perjanjian ini."

NATO juga akan terlibat dengan yang terjadi karena mereka mempertimbangkan ulang strategi mereka dalam pertemuan di Madrid tahun depan, tambahnya.

Perancis juga akan membuat prioritas sekarang, dari mengembangkan strategi keamanan Uni Eropa ketika mereka menjadi kepala blok tersebut mulai 2022 besok, ujar Le Drian.

Artikel Terkait