Intisari-Online.com - Francisco Guterres merupakan Presiden Timor Leste saat ini yang menjabat sejak 20 Mei 2017.
Seperti para pendahulunya, ia pun tercatat punya peran dalam perjuangan kemerdekaan Timor Leste.
Sebagai negara muda yang resmi merdeka pada tahun 2002 lalu, sederet sosok yang dianggap pahlawan kemerdekaan masih ada hingga saat ini.
Bahkan, sebagian mereka telah menduduki posisi-posisi penting dalam pemerintahan.
Timor Leste merupakan negara muda yang melepaskan diri dari Indonesia pada 1999.
Menjadi bagian wilayah Indonesia selama kurang lebih 24 tahun, rakyat Timor Leste memilih untuk merdeka melalui referendum yang digelar pada 30 Agustus 1999.
Xanana Gusmao menjadi presiden pertama Timor Leste setelah wilayah ini lepas dari Indonesia.
Sampai saat ini, Timor Leste telah punya 4 Presiden termasuk Fransisco Guterres.
Para Presiden Timor Leste yang Pernah Menjabat
Berikut ini daftar Presiden Timor Leste sejak merdeka dari Indonesia:
1. Xanana Gusmaon (20 Mei 2002 - 20 Mei 2007)2. Jose Ramos-Horta (20 Mei 2007 - 20 Mei 2012)3. Taur Matan Ruak (20 Mei 2012 - 20 Mei 2017)4. Francisco Guterres (20 Mei 2017 - petahana)
Namun, pada 2008 Timor Leste pernah mengalami masa krisis ketika terjadi pemberontakan dan percobaan pembunuhan terhadap Presiden Jose Ramos-Horta.
Pada saat itu, jabatan presiden Timor Leste untuk sementara pernah dipegang oleh Vicente Guterres (11 Februari 2008 - 13 Februari 2008) dan Fernando de Arauji (13 Februari 2008 - 17 April 2008).
Presiden Ramos-Horta harus menjalani perawatan usai terkena tembakan tentara pemberontak.
Pada 11 Februari 2008, terjadi serangan terhadap presiden Ramos Horta dan Perdana Menteri Xanana Gusmao di kediamannya masing-masing.
Jose-Horta terluka parah hingga kritis, sementara Xanana selamat dari percobaan pembunuhan itu.
Penyerangan itu pula yang menjadi akhir bagi 'tentara pemberontak' Alfredo Reinado, ia tewas oleh tentara FDTL yang menjaga rumah Ramos Horta.
Profil Fransisco Guterres, Presiden Timor Leste saat Ini
Presiden Timor Leste Francisco Guterres alias Lu-Olo, lahir di Ossu, Viqueque, Timor Portugis, 7 September 1954.
Dari tahun 2001 hingga 2012, dia adalah Anggota Parlamento Nacional.
Pada 20 Mei 2017, Guterres dilantik pada tengah malam sebagai Presiden Timor Leste.
Guterres bersekolah di St Terezinha College dari Salesian Don Bosco di Ossu pada tahun 1963-1969.
Pada tahun 1974, Guterres bergabung dengan gerakan kemerdekaan Associaçao Social Democratica Timorense (ASDT), yang kemudian bernama Fretilin.
Ketika Indonesia menyerbu Timor Timur, Guterres bergabung dengan perlawanan bersenjata.
Awalnya dia bertempur di Ossu di bawah komando Lino Olokassa.
Hingga tahun 1999, Guterres mengambil alih berbagai jabatan dan komando untuk Fretilin dan pasukan militernya Falintil.
Pada tahun 1976, setelah penangkapan Francisco da Silva, dia menjadi penggantinya sebagai sekretaris Fretilin untuk wilayah pesisir timur di Matebian.
Pada tahun 1978, ia menjadi komisaris yang didelegasikan untuk wilayah Ponte Leste dan pada 1984, jadi Komisaris Politik Nasional.
Pada tahun 1987, pemimpin partai Xanana Gusmao, meninggalkan Fretilin untuk mengambil alih kepemimpinan politik organisasi payung baru semua partai kemerdekaan di Timor Timur, Dewan Pertahanan Nasional Rakyat Maubere (CNRM), yang kemudian menjadi CNRT.
Falintil pun berada di bawah CNRM dan kepemimpinan Fretilin lantas mengambil alihnya pada 1988.
Guterres pun menjadi salah satu dari tiga deputi di Ma'huno Bulerek Karathayano, sekretaris Komite Arahan Fretilin (CDF).
Setelah kematian Nino Konis Santana pada tahun 1998, Guterres mengambil alih jabatan sekretaris di CDF.
Setelah pengunduran diri presiden Indonesia Soeharto, di kongres Fretilin di Sydney pada bulan Agustus, Guterres menjadi Koordinator Umum Dewan Presiden, yang menggantikan CDF.
Setelah Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999, di mana Guterres memberikan suaranya, dia pergi ke kamp pengumpulan untuk para pejuang Falintil pertama di Remexio, kemudian di Aileu, di mana ia tetap tinggal sampai penarikan pasukan Indonesia.
Baca Juga: Kisah Evakuasi Para Pahlawan Revolusi G30S PKI dari Lubang Buaya, Sempat Mengalami Kendala
Setelah kemerdekaan, Guterres mengorganisasi pembangunan kembali Fretilin menjadi partai yang demokratis.
Pada Mei 2000, ia mengambil alih kursi kepresidenan Konferensi Nasional Fretilin, dan pada 15 Juli 2001, dia terpilih sebagai Ketua Partai.
Dua bulan kemudian, dia terpilih sebagai Ketua Majelis Konstituante Timor Timur.
Ketika Timor Leste resmi merdeka pada 20 Mei 2002, di mana Guterres membaca deklarasi pemulihan Republik Demokratik Timor Timur pada tengah malam, Guterres terpilih sebagai Ketua Parlemen.
Pada 2007 dan 2012, Guterres kembali mencalonkan diri sebagai anggota Parlamento Nacional Timor Leste dalam daftar pertama Fretilin. Meskipun masuk ke parlemen, dia tidak bergabung dengan DPR.
Dalam pemilihan presiden pada 9 April 2007, Guterres bersaing untuk Fretilin dalam pemilihan presiden, namun kalah.
Dalam pemilihan presiden 2012 tanggal 17 Maret, Guterres juga belum beruntung.
Hingga pada 2017, Guterres memasuki kembali pemilihan presiden untuk ketiga kalinya dan akhirnya berhasil menjadi presiden Timor Leste.
(*)