Intisari-Online.com -Bayangkan Anda berasal dari sebuah negara termiskin di dunia lalu tiba-tiba bisamendapat bayaran Rp2 juta'hanya' untuk bekerja selama delapan jam saja.
Itulah yang dialami oleh para warga Timor Leste yang lolos dalam seleksi untuk mengikuti program pekerja musiman di Australia.
Tak ayal, banyak dari mereka yang menganggap keberhasilan menembus seleksi tersebut bak memenangkan lotre.
Hal inilah yang disampaikan oleh Jonathan Moss kepadaABC, Minggu (15/8/2021), terkait 17 pekerja asal Timor Leste yang bekerja di pertaniannya.
Program Pekerja Musiman sendiri adalah lowongan pekerjaan dari pemerintah Australia untuk pekerja berketerampilan rendah dari Timor Leste atau sembilan negara Pasifik lain.
Mereka akan bekerja di bidang pertanian, tepat saat Australia memang sedang membutuhkan jasa mereka.
"Mereka memiliki kemampuan untuk menjalankan perusahaan ini secara virtual tanpa memerlukan pengawasan yang mantap dari saya sendiri.
"Program Pekerja Musiman adalah program yang brilian dan saya berharap program ini terus meningkat selamanya," kata Moss.
Kini, Australia tengah bersiap untuk menerbitkan sebuah visa untuk yang diterbitkan khusus untuk program pertanian mereka.
Pembahasan yang cukup alot terjadi di parlemen Australia terkait dengan rencana penerbitan visa baru tersebut.
Penerbitan visa baru tersebut sempat mendapatkan penolakan keras dari Partai Liberal, sebelum akhrinya ikut menyetujui.
Namun, Richard Curtain melalui artikelnya diDevpolicy.org (10/9/2021), tetap menilai penerbitan visa tersebut tidak tepat bahkan dinilainya sebagai sebuah kecacatan.
Curtain menyatakan setidaknya ada empat kekurangan dalam penerbitan visa tersebut yang membuatnya menjadi sebuah kebijakan publik yang buruk.
Mulai dari ide penerbitan visa, persyaratan visa yang dikembangkan secara tergesa-gesa, terbatasnya waktu pembahasan, hingga munculnya kebingungan mendasar mengenai syarat dan ketentuan dari penerbitan visa tersebut.
Penerbitan visa baru tersebut dianggap dapat mengganggu keberlangsungan program pekerja musiman (SWP) dan sekma buruh pasifik (PLS).
Bahkan Curtain menilai bisa saja penerbitan visa tersebut akan mengasingkan negara-negara pengirim pekerja, khususnya yang berasal dari Timor Leste.
"Tetangga dekat kita akan melihat visa tersebut sebagai sebuah perbaikan politik jangka pendek dengan satu-satunya pihak yang paling diuntungkan adalah pertanian Australia," tulis Curtain.
Apalagi, sekretaris nasional Serikat Pekerja Australia (AWU) juga menilai bahwa penerbitan visa baru dapat merusak hubungan strategis penting Australia di kawasan Pasifik.
Bahkan, pisahk AWU juga secara terang-terangan menyebut jika penerbitan visa tersebut benar-benar memberi dampak buruk, maka China akan semakin mudah melebarkan pengaruhnya.
Lalu apa sebenarnya yang membuat visa tersebut bisa benar-benar membahayakan banyak pihak?
Dalam tulisannya, Curtain menilai bahwa visa yang diusulkan tidak memiliki tingkat perlindungan yang memadai bagi pekerja berketerampilan rendah.
Para pekerja, yang berharap banyak pada program pertanian musiman tersebut, akan mendapatkan bayaran yang lebih murah.
Memang, hal ini seiring dengan keinginan dari Federasi Petani Nasional (NFF) yang mengharapkan bahwa visa baru akan membuat biaya lebih murah.
Padahal, jika sampai hal ini terjadi, maka kondisi para pekerja yang rentan ini akan menjadi santapan media.
Menurut Curtain, akan muncul sebuah pandangan bahwa Australia telah memperlakukan para pekerja dengan visa baru tersebut secara buruk.
Pada akhirnya, dalam jangka panjang, visa baru tersebut justru akan lebih banyak merugikan Australia.
Upaya Negeri Kanguru untuk membangun reputasi di Timor Leste dan negara-negara Asia-Pasifik lainnya akan hancur.
"Saya telah lama menjadi pendukung perlunya SWP yang lebih fleksibel, terakhir di sini dan di sini. Kini saatnya Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) bekerja untuk meningkatkan SWP," tulis Curtain.
Curtain lalu melemparkan pertanyaan mendasar mengenai persyaratan dalam perekrutan para pekerja.
Hasilnya?
"Secara hebat, tidak ada satu pun jawaban yang jelas dari pertanyaan yang sangat mendasar tersebut," tulis Curtain.