Konon Ini yang Membuat Presiden Soeharto Gagal Menangkan Hati Rakyat Timor Leste Lewat Pembangunan Patung Kristus Setinggi 89 Kaki di Dili, padahal Sudah Habiskan Miliaran Rupiah

Khaerunisa

Editor

Patung Cristo Rei, Timor Leste
Patung Cristo Rei, Timor Leste

Intisari-Online.com - Pernah menjadi bagian dari Indonesia, Timor Leste akhirnya melepaskan diri melalui hasil referendum yang digelar pada 30 Agustus 1999.

Referendum yang diselenggarakan di bawah pemerintahan Presiden B.J. Habibie tersebut menunjukkan hasil bahwa mayoritas rakyat Timor menginginkan kemerdekaan alih-alih berintegrasi dengan Indonesia.

Timor Leste pun secara resmi merdeka pada 20 Mei 2002.

Sejak saat itu, Timor Leste yang dahulu bernama Timor Timur bukan lagi bagian dari Indonesia.

Baca Juga: Masih Digunakan sebagian Warga, Begini Cara Bahasa Indonesia Bisa Bertahan di Bumi Lorosae Meski Bukan Bahasa Resmi Timor Leste

Meski Timor Leste lepas di bawah pemerintahan Presiden B.J. Habibie, wilayah ini telah terus bergejolak sejak menjadi provinsi ke-27 Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Soeharto.

Indonesia di bawah pemerintahan Soeharto menginvasi Timor Leste yang saat itu baru ditinggalkan penjajah Portugis.

Melalui invasi yang dikenal sebagai Operasi Seroja, Timor Leste pun bergabung dengan Indonesia menjadi provinsi termuda.

Namun, perlawanan kelompok pro kemerdekaan Timor Leste terus terjadi.

Baca Juga: Orang Seantero Indonesia Melakukannya, Ternyata Kebiasaan Lihat Ponsel Sehabis Tidur Bisa Berimbas Ke Otak, Hentikan Jika Tak Ingin Otak Anda Alami Hal Ini

Patung Yesus Kristus setinggi 89 kaki, dibangun Presiden Soeharto pada tahun 1996 sebagai hadiah bagi wilayah tersebut.

Namun, pembangunan patung Kristus di wilayah dengan mayoritas penduduknya beragama Katolik ini rupanya tetap gagal untuk memenangkan hati rakyat di sana.

Pembangunan patung itu sendiri dalam rangka memperingati 20 tahun invasi dan aneksasi Indonesia atas Timor Timur dengan setengah meminta maaf kepada rakyat Timor Timur atas beberapa dekade pendudukan Indonesia.

Patung yang kemudian dinamai 'Patung Cristo Rei' ini hadir dengan tiga bulan pembangunan dan biaya 5 miliar rupiah ($ 559.000).

Baca Juga: Belum Selesai Saling Adu Otot di Laut China Selatan, China dan AS Kini Rebutan Kekuasaan Memperebutkan 'Ular' Raksasa yang Jadi Penopang Ekonomi Negara Asia Tenggara Ini

Melansir atlasobscura.com, Patung yang sampai saat ini berdiri kokoh di Dili itu dibuat di kota Bandung, Indonesia.

Disebut, hampir semua pekerja yang mengukir wajah Yesus menjadi tembaga adalah Muslim.

Sementara itu, ada alasan yang disebut-sebut membuat pembangunan patung ini gagal untuk memenangkan hati rakyat Timor, yaitu karena Soeharto memiringkan patung itu menghadap ibu kota Indonesia, Jakarta, yang menimbulkan kontroversi di antara orang Timor.

Dikatakan bahwa 'tipuan' tersebut tidak banyak berpengaruh dalam menghentikan gerakan kemerdekaan Timor Timur, sisi yang sangat banyak dipilih rakyat Timor pada pemungutan suara tahun 1999.

Baca Juga: Didekati Negara-negara Terkuat Dunia, Rupanya Ini Alasan Indonesia Ogah Berpihak, Ternyata Begini Imbas Jika Terlalu Dekat dengan Amerika, Seperti Perkara Soal Timor Leste

Fakta-fakta Dili, Ibu Kota Timor Leste

Bagaimana pun, kini patung Cristo Rei merupakan salah satu objek wisata paling menarik di Dili Timor Leste, juga menjadi ikon negara ini.

Selain keberadaan Patung Cristo Rei, berikut ini berbagai fakta Dili ibu kota Timor Leste:

1. Pembangunan kota ini diselesaikan sekitar tahun 1520 oleh Portugis. Kemudian, Portugis menjadikannya sebagai ibu kota Timor Portugis pada tahun 1769.

2. Dili merupakan kota terbesar Timor Leste, pusat perdagangan negara ini, hingga pelabuhan utamanya.

Baca Juga: Mudah Banget Sembuhkan Biduran dengan 3 Bahan Alami Ini, Sudah Coba?

3. Salah satu cara yang lebih murah untuk berkeliling Dili adalah melalui mikrolet. Minibus yang didekorasi dengan warna-warni ini adalah yang paling dekat dengan transportasi umum di distrik ini.

4. Museum Perlawanan Dili dan monumen di pemakaman Santa Cru merupakan landmark yang didedikasikan untuk gerakan perlawanan Dili.

5. Dili menyelenggarakan Karnaval de Timor tahunan yang menampilkan kostum dan kegiatan budaya yang semarak. Ada juga maraton Dili untuk perdamaian, acara tahunan yang menarik ribuan peserta internasional.

6. Dua pasar paling populer di Dili adalah Pasar Tais dan Komoro, di mana pembeli dapat membeli kain tenun plus barang-barang tradisional Timor lainnya.

Baca Juga: Tak Ada 1 Persen dari Total Ekspor Indonesia, Ekspor Indonesia Capai Rp3,1 Triliun pada 2020 ke Timor Leste yang Setengah Populasinya Rawan Kemiskinan

7. Pemenang Nobel José Manuel Ramos-Horta lahir di Dili. Ia pernah menjabat sebagai perdana menteri dan merupakan presiden ke-4 Timor Timur.

8. Tasitolu, sebuah situs konservasi di distrik Dili, memiliki beberapa danau yang berubah menjadi merah pada waktu-waktu tertentu dalam setahun karena jenis alga tertentu. Kawasan lahan basah ini memiliki makna budaya dan politik bagi masyarakat Timor Timur.

9. Dili ditetapkan sebagai “Kota Damai” pada tahun 2008. Horta membuat pengumuman tersebut selama acara pembangunan perdamaian untuk pemuda berisiko yang diadakan di distrik tersebut tahun itu.

10. Dili merupakan salah satu ibu kota negara termuda. Merdeka pada tahun 2002, Dili pun menjadi ibu kota negara termuda Asia Tenggara, juga salah satu ibu kota termuda di dunia.

Baca Juga: Dulu Saja Sebut Indonesia Penjajah Kejam, Mantan Pemimpin Timor Leste Ini Tiba-tiba Puji Indonesia Setinggi Langit di Hadapan Media Arab

(*)

Artikel Terkait