Penampilannya Tak Mencerminkan Sosok Tentara Indonesia, Kopassus Berkaos Oblong Ini Malah Sukses Bikin Milisi Timor Leste Gelagapan, Ternyata Lakukan Tugas Tak Sembarangan

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Militer Indonesia (ABRI) berencana melakukan operasi Seroja ke Timor Timur, untuk membuatnya berintegrasi dengan Indonesia.
Militer Indonesia (ABRI) berencana melakukan operasi Seroja ke Timor Timur, untuk membuatnya berintegrasi dengan Indonesia.

Intisari-online.com - Kisah mengenai pertempuran di Timor Leste memang menyisakan banyak kisah menarik.

Salah satunya adalah kisah para tentara kopassus berpenampilan kasual yang sukses bikin milisi Timor Leste kocar-kacir ini.

Sosok kopassus berkaos oblong ini pernah bikin milisi Timor Timur ketar-ketir, dia adalah Kolonel Inf Dading Kalbuadi.

Dia merupakan salah satu petinggi dalam Operasi Seroja, di Timor Timur kala itu.

Baca Juga: Konon Ini yang Membuat Presiden Soeharto Gagal Menangkan Hati Rakyat Timor Leste Lewat Pembangunan Patung Kristus Setinggi 89 Kaki di Dili, padahal Sudah Habiskan Miliaran Rupiah

Dading menjadi komandan Tim RPKAD atau Kopassus untuk menjalankan misi rahasia menyusup ke Timor Timur sebelum operasi militer dilakukan.

Kisah penyusupan Dading tersebut, diceritakan dalam buku Hendro Subroto.

Menunjukkan salah satu kemampuan infiltrasi Kopassus yang bisa menyusup masuk ke wilayah musuh tanpa terdeteksi lawan.

Saat itu, Militer Indonesia (ABRI) berencana melakukan operasi Seroja ke Timor Timur, untuk membuatnya berintegrasi dengan Indonesia.

Baca Juga: Nasib Timor Leste Kini di Ujung Tanduk, Presidennya Positif Covid-19 saat Sistem Kesehatannya Sudah di Ambang Keruntuhan, Pemerintah Sampai 'Angkat Tangan' Kendalikan Pandemi

Namun, sebelum operasi militer dilancarkan, Indonesia melakukan operasi intelijen terlebih dahulu.

Dalam operasi itu, Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) mendirikan semacam markas, di Motaain, Belu NTT, untuk membentuk jaringan kelompok Pro-Indonesia di Timor Timur.

Petinggi Bakin mengendalikan operasi intelijen di Motaain, adalah G-1/Intelijen Hankam, Mayjen Benny Moerdani.

Mayjen Benny Moerdani memerintahkan personel intelijennya untuk menyusup.

Mereka para personel Kopassus yang tergabung dalam tim kecil bernama tim Nanggala.

Tim tersebut, berada di bawah organisasi military order, pasukan Sandiyudha (Kopassandha).

Baca Juga: Didekati Negara-negara Terkuat Dunia, Rupanya Ini Alasan Indonesia Ogah Berpihak, Ternyata Begini Imbas Jika Terlalu Dekat dengan Amerika, Seperti Perkara Soal Timor Leste

Namun, saat itu operasi Sandiyudha, dalam tim kecil ini diberi nama Sandi Nanggala, dan menggunakan senjata AK-47.

Dalam berbagai pertempuran, selain AK-47 Nanggala mengunakan RL atau Rocket Launcher.

Sepanjang aksinya, karena mengenakan kaos oblong dan celana jeans, kelompok ini juga dijuluki The Blue Jeans Souldier, karena sama sekali tidak seperti tentara Indonesia.

Pasukan yang dipimpin oleh Dading Kalbuadu, merupakan komandan pasukan elit grup 2, para Komando (Parako) atau Komando Sandiyudha (Kopassanda).

Tugasnya adalah masuk ke wilayah musuh tanpa menunjukkan identitasnya, membawa 250 personel menyamar sebagai mahasiswa KKN.

Semua senjata dibawa dan disamarkan dalam karung, dan ditulisi alat-alat pertanian.

Baca Juga: Dulu Saja Sebut Indonesia Penjajah Kejam, Mantan Pemimpin Timor Leste Ini Tiba-tiba Puji Indonesia Setinggi Langit di Hadapan Media Arab

Tugas mereka menyusup kemudian membentuk pasukan gerilya, mereka juga masuk ke hutan dan memburu milisi Fretilin.

Gaya tempur mereka terkesan sangar, karena tak menggunakan seragam tentara, tetapi melaksanakan tugas militer hingga pertempuran.

Alhasil mereka sukses melakukan perlawanan secara gerilya pada Fretilin.

Kisah tersebut dimuat dalam buku berjudul Operasi Udara di Timor Timur tahun 2005, yang ditulis oleh Hendro Subroto.

Buku tersebut menceritakan bagaimana The Blue Jeans Souldier bertempur dengan pakaian oblong tanpa menunjukkan identitas mereka.

Artikel Terkait