Intisari-Online.com - Secara resmi Afghanistan jatuh ke tangan Taliban.
Bahkan kelompok itu siap meresmikan pemerintahan baruAfghanistan.
KarenaAfghanistan jatuh ke tangan Taliban, ada kekhawatiran masyarakat setempat semakin menderita.
Ini karena Taliban mengusai semua dana bantuan darurat yang sebelumnya ditujukan kepada wargaAfghanistan.
Dilansir daridailymail.co.uk pada Rabu (15/9/2021),Taliban berterima kasih kepada dunia karena memberikanlebih dari satu miliar dolar dana bantuan darurat ke Afghanistan.
Dengan tidak malunya, mereka juga mendesak AS untuk menyumbang lebih banyak.
Amir Khan Muttaqi, penjabat menteri luar negeri rezim, mengatakan bahwa kelompok Islam garis keras akan membelanjakan dana bantuan dengan bijak dan menggunakannya untuk melawan kemiskinan.
Dia berbicara sehari setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan total 1,2 miliar Dollar AS bantuan telah dijanjikan ke Afghanistan.
Di mana 64 juta Dollar AS di antaranya berasal dari AS.
"Kami akan mencoba yang terbaik untuk memberikan bantuan ini kepada orang-orang yang membutuhkan dengan cara yang benar-benar transparan," kata Muttaqi.
Dia juga meminta Washington untuk menunjukkan penghargaan kepada Taliban yang mengizinkan AS menyelesaikan penarikan pasukan dan evakuasi lebih dari 120.000 orang pada bulan lalu.
"Amerika adalah negara besar, mereka harus memiliki hati yang besar," kata Muttaqi.
Muttaqi mengatakan Afghanistan, yang juga menghadapi kekeringan, telah menerima bantuan dari negara-negara seperti Pakistan, Qatar dan Uzbekistan.
Tetapi dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Akan tetapi dia mengatakan Taliban telah mengadakan diskusi dengan duta besar China tentang vaksin virus corona dan tujuan kemanusiaan lainnya.
Beijing pekan lalu menjanjikan pasokan makanan dan kesehatan senilai 31 juta Dollar AS.
Dan pada hari Jumat mengatakan akan mengirim gelombang pertama 3 juta vaksin virus corona.
SementaraPakistan mengirim makanan dan obat-obatan, dan menyerukan agar aset Afghanistan yang dibekukan di luar negeri dibebaskan.
Iran sendiri mengatakan telah mengirim kargo udara bantuan.
"Kesalahan masa lalu tidak boleh terulang."
"Rakyat Afghanistan tidak boleh ditinggalkan," kata Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi, yang negaranya memiliki hubungan dekat dengan Taliban.
Baik China dan Rusia mengatakan beban utama untuk membantu Afghanistan keluar dari krisis harus berada di negara-negara Barat.
"AS dan sekutunya memiliki kewajiban yang lebih besar untuk memberikan bantuan ekonomi, kemanusiaan dan mata pencaharian," kata Chen Xu, duta besar China untuk PBB di Jenewa.
Amerika Serikat (AS) sendiri menjanjikan bantuan kemanusiaan baru senilai 64 juta Dollar AS pada konferensi tersebut.
Sementara Norwegia menjanjikan tambahan 11,5 juta Dollar AS.
Sejak pengambilalihan Taliban, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional telah menghentikan akses Afghanistan ke pendanaan.
Sementara AS juga telah membekukan uang tunai yang disimpan dalam cadangannya untuk Kabul.
Itu semua dilakukan karena adakekhawatiran kembalinyapemerintahan brutal yang menjadi ciri rezim Taliban pertama dari tahun 1996 hingga 2001.
Oleh karenanya,Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan Taliban harus benar-benar transparan dalam menggunakan uang dana bantuan tersebut.
"Tidak mungkin memberikan bantuan kemanusiaan di dalam Afghanistan tanpa melibatkan otoritas de facto," kata Sekjen PBB kepada para menteri yang menghadiri pembicaraan Jenewa.
"Sangat penting untuk terlibat dengan Taliban pada saat ini."
Akan tetapi PBB dan AS khawatir dengan kondisi warga Afghanistan.
Apalagi dilaporkanwarga Afghanistan terpaksa menjual barang-barang rumah tangga mereka untuk mengumpulkan uang guna membayar kebutuhan pokok.
"Empat belas juta orang Afghanistan berada di ambang kelaparan."
"Mereka tidak tahu apakah besok mereka bisa makan atau tidak," kata Direktur Eksekutif WFP David Beasley.