Intisari-Online.com - Dikenal sebagai makanan tradisional orang Indonesia,oncom dan tempe tentu banyak disukai karena rasanya yang enak.
Dua makanan fermentasi tersebut memiliki harga yang murah dan bisa ditemukan di mana saja.
Selain itu, oncom dan tempe juga bermanfaat bagi kesehatan yakni ampuh mencegah penyakit berbahaya.
Seorang penelitian menemukan fakta makanan tradisional tempe dan oncom sangat bermanfaat bagi kesehatan pembuluh darah manusia, seperti dikutipdari Wartakota.
Lima mahasiswa dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Malang, yakni Rani Susanti, Clara Artha Febriana (THP 2012), Raehana Saria G (THP 2013), Khusnul Khotimah (THP 2013), dan Sita Nuryanti (THP 2013), membuat penelitian dari oncom dan tempe.
Penelitiantersebut di bawah bimbingan Dr Aji Sutrisno melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) DIKTI 2015.
Salah seorang peneliti manfaat tempe dan oncom untuk terapi trombosis tersebut Rani Susanti di Malang, Jawa Timur, mengatakan, "Penyumbatan pembuluh darah tersebut diakibatkan dari respons alami tubuh manusia,yaitu pembekuan darah yang terjadi di pembuluh darah vena bagian dalam dan pembuluh darah arteri."
Adanya berbagai kasus pembuluh darah ini kemudian mendorong kelima mahasiswa ini untuk memberikan solusi.
Baca Juga: Sedang Mampir ke Bogor, Jangan Lupa Icipi Laksa Bogor Tradisional Kampung Cingcau
Dengan melihat dari berbagai potensi yang dimiliki Indonesia, termasuk makanan tradisional Indonesia yaitu oncom dan tempe yang merupakan makanan berbasis kedelai fermentasi yang memiliki aktivitas fibrinolitik.
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu pembunuh terbesar saat ini.
Ternyata, makanan sehari-hari seperti tempe dan oncom mengandung 'obat mujarab' untuk menangkalnya.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa makanan ini mengandung enzim fibrinolitik protease, yang bekerja memecah bekuan darah.
Serangan jantung dan stroke kerap dipicu oleh bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah.
Hanya saja, suhu yang terlalu tinggi pada proses pengolahan bisa menyebabkan enzim tersebut mengalami denaturasi atau kerusakan.
Sementara pada suhu yang terlalu rendah, tempe maupun oncom belum cukup matang untuk bisa dikonsumsi dengan aman.
Melalui serangkaian percobaan, akhirnya didapatkan bahwa suhu yang tepat untuk memasak tempe dan oncom adalah 60 dan 80 derajat celcius.
Hasil pengamatan menunjukkan adanya aktivitas enzim fibrinolitik protease pada suhu tersebut, ditandai dengan zona bening pada uji proteolitik dan fibrinolitik.
Para mahasiswa ini memilih tempe dan oncom sebagai bahan penelitian karenacukup populer, sehingga mudah ditemukan dalam menu makan sehari-hari, bahkan di Jepang banyak yang meneliti produk pangan fermentasi.
"Nah kenapa kita nggak mengeksplor yang ada di tempat kita?
"Sebelumnya, memang ada penelitian yang menunjukkan adanya aktivitas fibrinolitik pada makanan tradisional Jepang berbasis kedelai, yaitu nato," katanya.
Rani menjelaskan metode penelitian diawali dari isolasi mikroba oncom dan tempe yang kemudian dilanjutkan dengan proses purifikasi enzim.
Selanjutnya didapat enzim murni yang digunakan untuk proses elektroforesis dan zimografi guna mengonfirmasi adanya enzim fibrinolitik protease.
Selain itu juga dilakukan proses konfirmasi lainnya, yaitu dengan menggunakan fibrin plate assay dengan menggunakan media fibrin dan thrombin, metode yang digunakan untuk melihat adanya aktivitas pemecahan enzim dari oncom dan tempe guna membuktikan adanya aktivitas pemecahan terhadap fibrin (bekuan darah).
Proses lanjutan yaitu dengan menggunakan uji blood clot degradation dengan perlakuan suhu yang berbeda-beda, yakni 60oC, 80oC, 1000C.
Metode selanjutnya merupakan metode yang digunakan untuk konfirmasi adanya aktivitas proteoltik dengan menggunakan media susu skim dan Nutrient Agar (NA).
"Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi output kepada masyarakat mengenai cara pengolahan terbaik agar manfaat dari enzim fibrinolitik protease yang terdapat dalam produk oncom dan tempe dapat bekerja dengan baik," ujarnya.
Dari produk tempe dan oncom yang diteliti menunjukkan adanya aktivitas fibrinolitik protease pada suhu 60oC, 80oC yang ditandai dengan adanya degradasi darah pada uji blood clot degradation.
Adanya zona bening pada uji proteolitik dan fibrinolitik yang menunjukkan adanya aktivitas protease dari enzim, serta didapat berat molekul pada proses elektroforesis dan zimografi yaitu 30 kDa.