Pantesan Amerika Tak Rela Lepaskan Afghanistan ke Taliban, Bahkan Sampai Pejabatnya Usulkan Pemakzulan Joe Biden, Tragedi Bulan 'September' Ini Pemicunya!

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Aksi Taliban saat pasukan Amerika Serikat resmi tinggalkan Afghanistan.
Aksi Taliban saat pasukan Amerika Serikat resmi tinggalkan Afghanistan.

Intisari-online.com - Kemenangan Taliban atas Afghanistan ternyata masih menyisakan luka bagi Amerika.

Bagaimana tidak, meski telah diusir dari Afghanistan, nyatanya Amerika masih berencana untuk mengirim pasukan ke Afghanistan.

Tak cukup hanya itu saja, Senator Republik Lindsey Graham juga menyerukan untuk memakzulkan Presiden AS Joe Biden.

Ini akibat dirinya yang menarik pasukan AS dari Afghanistan, karena nyatanya efeknya cukup besar.

Baca Juga: Gawat! China Kedatangan Satu Musuh Lagi, Tak Main-main Negara Ini Malah Kerahkan Pasukannya Secara Permanen untuk Melawan China, Apa Masalahnya?

Menurut Kantor Berita Sputnik Senin, (6/9/21),melaporkan bahwa Senator Lindsey Graham percaya bahwa pasukan AS akan kembali ke Afghanistan.

Meskipun penarikan pasukan AS yang kacau baru saja selesai pada 30 Agustus.

"Kami akan kembali ke Afghanistan dengan cara yang sama seperti yang kami lakukan di Irak atau Suriah," kata Graham dalam sebuah wawancara dengan BBC.

Ketika pembawa acara BBC HARDTalk bertanya apakah dia yakin Washington akan mengirim pasukan AS kembali ke Afghanistan, yang berada di bawah kendali Taliban.

Baca Juga: Susah Ditembus Taliban, Terkuak Mengapa 'Lembah Lima Singa' Panjshir Adalah Satu dari 34 Provinsi di Afghanistan yang Belum Pernah Tertaklukkan

Graham mengatakan AS tidak punya pilihan, selain melakukannya.

"Kita harus melakukannya karena ancaman teroris begitu besar," bantah senator Partai Republik itu.

Seraya ia juga menambahkan bahwa Afghanistan bisa menjadi hotspot bagi "ekstremisme Islam," serta menjadi tempat yang aman bagi teroris al-Qaeda.

Menurut Graham, kekhawatiran tentang proliferasi teroris adalah alasan utama AS mengirim pasukan "kembali" ke Irak, di mana "5000 tentara AS" saat ini ditempatkan.

Menurut BBC, saat ini ada sekitar 2.500 tentara AS di Irak untuk membantu pasukan lokal mengusir ancaman yang ditimbulkan oleh Negara Islam (IS).

Presiden Biden mengumumkan bahwa, pada akhir tahun ini, pasukan AS akan mengakhiri misi pelatihan mereka di Irak.

Baca Juga: Aktivitasnya Tertutup Kabar Taliban, Siapa Sangka Iran Diam-diam Punya Perlengkapan Mematikan, Hanya Butuh Beberapa Minggu Bisa Ciptakan Senjata yang Bikin Amerika Ketar-ketir

Pernyataan itu muncul setelah Biden mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi di Gedung Putih pada Juli.

Graham mengatakan bahwa AS memiliki pilihan yang sangat sedikit mengenai bagaimana menghadapi situasi saat ini di Afghanistan.

"Ini solusi saya: Amerika tolong dukung perlawanan di lembah Panjshir. Dari sana, Taliban tidak akan bisa menguasai Afghanistan sepenuhnya," katanya.

Rakyat Afghanistan tidak menyukai Taliban.

"ISIS akan muncul setelah Taliban mengambil alih kekuasaan dan Semua Afghanistan akan dihancurkan tahun depan, memungkinkan teroris menyerang kepentingan Barat," kata senator Republik itu.

Pada bulan Agustus, Graham berbagi ketakutannya bahwa serangkaian "tindakan mengerikan" akan segera terjadi di Afghanistan.

Baca Juga: Ngotot Ingin Lepas dari Ketergantungan pada AS Setelah Jatuhnya Afghanistan, Uni Eropa Berencana Bentuk Kekuatan Militer Independen Meski Disebut Bakal Memecah Eropa

"Ada bahaya bahwa 9/11 akan segera terjadi," kata Graham dalam sebuah pernyataan Wawancara dengan CBS," imbuhnya.

Senator Republik sebelumnya menyerukan pemakzulan Biden sehubungan dengan penarikan pasukan dan operasi evakuasi yang menurut Graham gagal.

"Saya pikir dia melewatkan nasihat yang berguna dalam hal ini," kata Graham dengan marah.

Artikel Terkait