Intisari-Online.com -Taliban memang telah berhasil mengambil alihi sebagian besar dari 33 ibu kota provinsi di Afghanistan.
Namun, keberhasilan mereka yang nyaris tanpa pertumpahan darah tersebut ternyata tidak berlaku di lembahPanjshir.
Sejak AS secara resmi benar-benar meninggalkan Afghanistan pada 31 Agustus lalu, wilayah ini menjadi satu-satunya yang masih berjuang mempertahankan diri.
Di bawah pimpinanAhmad Massoud, putra mendiang komandan mujahidin Ahmad Shah Massoud, provinsiPanjshir memberikan perlawanan sengit bagi Taliban.
Taliban, yang telah mengirimkan kekuatan terbaiknya, tentunya menyadari bahwa menaklukanPanjshir bukanlah hal yang mudah.
Sebab wilayah ini terkenal tidak pernah bisa ditaklukan tidak hanya oleh Taliban, tapi juga oleh Uni Soviet dan Inggris.
Maka, jika Taliban sampai berhasil merebutPanjshi, maka itu akan menjadi yang pertama kalinya dalam sejarah wilayah tersebut ditaklukan pihak lain.
Selain itu, kemenangan itu juga akan membuat kemenangan mereka menjadi mutlak di Afghanistan.
Hal yang tak pernah bisa mereka wujudkan saat menguasai Afghanistan pada periode 1996 hingga 2001, sebelum AS melakukan invasi.
Tentu saja, kondisi tersebut pada akhirnya membuat para pasukan Taliban sangat 'ngebet' untuk bisa menaklukanPanjshir.
Sampai-sampai, sebuah kabar yang mengabarkan keberhasilan tentaranya yang berjuang diPanjshir langsung disambut dengan suka cita luar biasa.
Sekelompok tentara Taliban langsung menembakkan ribuan peluru pelacak melintasi langit malam di Kabul.
Hanya saja, pasukan Taliban yang melakukan perayaan tersebut bukanlah kelompok yang benar-benar terlatih.
Mereka bukanlah kelompok yang sudah benar-benar mahir dalam mengoperasikan senjata canggih peninggalan AS.
Akibatnya, perayaan tersebut pun berubah menjadi petaka mengerikan bagi para penghuni warga Kabul.
Sebab, tembakan perayaan tersebut pada akhirnya malah memicu kematian belasan orang.
Sementara puluhan orang lainnya disebutkan mengalami luka-luka hingga harus dilarikan ke rumah sakit di Kabul.
Laporan terbaru menyebut jumlah korban tewas mencapai 17 orang sementara korban luka mencapai 41 orang.
Jumlah korban sendiri diperkirakan bisa lebih banyak dari yang dilaporkan karena Taliban menutup akses media untuk meliput rumah sakit.
Lalu, bagaimana bisa tembakan yang diarahkan ke langit justru berakhir dengan bencana?
Ternyata peluru-peluru yang ditembakan ke langit tersebut kembali jatuh ke bumi dan menghantam orang-orang yang berada tepat di bawahnya.
Bencana tersebut belakangan malah terasa semakin menyakitkan dan konyol sebab terungkap bahwa kabar kemenangan diPanjshir adalah palsu.
Hal inilah yang kemudian membuat pemimpin senior Taliban, Mawlavi Mohammad Yaqoob Omari murka sejadi-jadinya.
Melalui pesan audio, Omari memperingatkan para anggota Taliban untuk tidak gegabah dalam menggunakan senjata.
"Saya memperingatkan semua komandan dan Mujahidin (anggota Taliban) di kota dan provinsi Kabul bahwa jika ada yang menggunakan tembakan udara di kota," kata Omari seperti dilansir dari Anadolu Agency, Senin (6/9/2021).
Selain itu, Omari juga sampai melontarkan ancaman kepada para anggota yang melakukan 'kebodohan' lagi, yaitu dalam bentuk pengusiran.
"Saya akan mengambil tindakan tegas terhadap mereka," tegas Omari.