Intisari-online.com -India baru saja mencatat rekor dalam pertumbuhan ekonominya.
Hanya sedikit negara bisa melakukan ini.
Enam minggu yang lalu, India dalam pikiran seluruh dunia adalah negara dengan ledakan kasus Covid-19.
Kini, India telah berhasil menumbuhkan ekonomi sampai 20,1%.
Angka itu adalah tingkat berapa besar tumbuhnya produk domestik bruto (PDB) dari April ke Juni dari tahun per tahun (yoy).
Angka itu bukanlah rekayasa, tapi juga bukan pemulihan bentuk V yang tampaknya bisa terbentuk.
Satu hal yang pasti, India masih saja tetap terperosok dalam kubangan dibandingkan dengan ekonominya sebelum pandemi Covid-19, yaitu di tahun 2019.
Referensinya di sini merujuk pada berapa lama Perdana Menteri Narendra Modi memimpin.
Sudah 87 bulan lebih Modi berkuasa, dan ia dulu menjanjikan reformasi struktural 'Big Bang' sejak 2014 lalu.
Walaupun begitu, Modi cukup berhasil menghabiskan 7 tahun dan 3 bulan ini membuat beberapa keberhasilan sederhana.
Mengutip Asia Times, beberapa keberhasilannya antara lain membuka beberapa industri kunci untuk memperluas jangkauan investor asing, termasuk penerbangan, pertahanan dan asuransi.
Memperhatikan perpindahan barang-barang di seluruh India dan menganalisa jasa pajak di India bukanlah hal mudah.
Selanjutnya ada reformasi undang-undang agraria, yang walaupun mungkin hanya di atas kertas saja, berupaya memodernisasi sektor pertanian.
Namun 'Modinomics' sebutan untuk langkah ekonomi Modi, belum menjadi langkah penggebrak yang dulu sudah dijanjikan.
Bahkan pakar menyebut masih sangat jauh.
Modi mendapat perhatian negara dalam kekuatannya menjadi pemimpin Gujarat barat selama 13 tahun.
Baca Juga: Pulihkan Industri Kreatif di Tengah Pandemi, Sejumlah Daerah Lakukan Inovasi Ini
Kemudian, Modi menjadi pahlawan lokal atas reputasinya memproduksi pertumbuhan GDP lebih cepat, infrastruktur lebih baik dan tingkat korupsi lebih rendah daripada rata-rata nasional.
Sayangnya, Modi tampaknya meninggalkan semangat reformasinya di Gujarat.
Di ibukota India, ia menghabiskan lebih banyak waktu dan energi berbicara mengenai nasionalisme Hindu daripada bertindak memodernisasi ekonomi India.
Tidak kompetitif
Salah satu masalah yang dibiarkan Modi tumbuh di India adalah kredit macet merusak sektor bank negara.
Contohnya Juli lalu, India menyebut bank-bank yang macet dengan 'bank buruk' yang menjadi cara menyebut sumber terbesar kredit-kredit macet.
Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman menjelaskan 'bank buruk' sebagai bank yang akan dimiliki oleh sektor hibrida swasta-pemerintah memperbolehkan pemilik rekening mencairkan sebanyak USD 27 miliar dalam pinjaman bermasalah.
Namun investor masih perlu menunggu apakah hal ini hanyalah taktik penyimpanan gudang dan penyembunyian hutang atau upaya tulus untuk menguatkan sektor finansial.
Lebih buruk lagi, upaya terbaru New Delhi untuk mendorong lebih banyak kredit bagi peminjam kecil mungkin meningkatkan jumlah pinjaman buruk.
Hal itu disampaikan oleh Rakesh Mohan, mantan wakil gubernur di Reserve Bank of India.