Dulu Dipuja Sebagai Pahlawan Kemerdekaan Timor Leste, Pendeta Terjerat Kasus Pedofilia Ini Ternyata Punya Masalah Tak Sepele, Jadi Buruan Interpol Amerika dan Punya Masalah Pelik dengan Amerika

Tatik Ariyani

Editor

Intisari-Online.com -Seorang pendeta Richard Daschbach dulunya adalah seseorang yang begitu dipuja di Timor Leste.

Daschbach sendiri dipuji karena perannya dalam menyelamatkan nyawa selama perjuangan berdarah Timor Leste untuk merdeka dari Indonesia.

Dia juga mendirikan panti asuhan Topu Honis di di daerah kantong terpencil Oecusse, Timor Leste.

Namun, di balik itu semua, Daschbach rupanya orang yang begitu mengerikan.

Baca Juga: Termasuk Gara-Gara Konflik di Timor Leste, Ternyata Australia Ngaku Sudah Ketar-Ketir Jika Berurusan dengan Indonesia, Bahkan Sampai Minta Bantuan AS Untuk Hal Ini

Daschbach dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di Timor Leste.

Timor Leste merupakan sebuah negara di mana sekitar 96 persen penduduknya beragama Katolik, dan di mana gereja adalah salah satu institusi paling kuat di negara itu.

Daschbach secara resmi diberhentikan oleh Paus Fransiskus pada tahun 2018, setelah dia mengakui tindakannya kepada gereja, seperti melansirabc.net.au (10/2/2021).

Namun tuntutan hukum formal baru diajukan oleh Jaksa Agung Timor Leste September lalu.

Baca Juga: Masih Digunakan sebagian Warga, Begini Cara Bahasa Indonesia Bisa Bertahan di Bumi Lorosae Meski Bukan Bahasa Resmi Timor Leste

Tuntutan-tuntan tersebut termasuk 14 tuduhan pelecehan seksual terhadap anak di bawah usia 14 tahun, satu tuduhan pornografi anak dan tuduhan kekerasan dalam rumah tangga.

Daschbach, yang tetap dihormati oleh banyak orang di Timor Timur, diadili di sana pada bulan Februari untuk menghadapi tuduhan melakukan pelecehan seksual terhadap gadis-gadis muda dalam perawatannya di penampungan anak yatim dan anak-anak miskin Topu Honis yang ia dirikan pada tahun 1992.

Jika terbukti bersalah, Daschbach menghadapi hukuman hingga 20 tahun penjara.

Sidang yang tertutup untuk umum itu sempat tertunda beberapa kali hingga dilanjutkan pada Juli.

Ini menandai kasus pelecehan seksual pendeta pertama di tempat dengan persentase umat Katolik tertinggi di luar Vatikan.

Mirisnya, mantan Presiden Xanana Gusmao, yang dihormati sebagai pejuang kemerdekaan, juga secara terbuka mendukung Daschbach dengan pergi ke pengadilan bersamanya, yang tentunya membuat kecewa banyak pihak.

Selain itu, Daschbach rupanya juga menjadi buronan interpol Amerika Serikat.

Baca Juga: Gunakan Penelitian yang Dilakukan Indonesia, Media China Ini Sesumbar Banggakan Keampuhan Vaksin Sinovac 95 Persen Ampuh Mencegah Kematian dari Covid-19, Ini Penjelasannya!

Melansir abcnews.go.com, Selasa (31/8/2021), hakim agung federal telah mendakwa Daschbach.

Daschbach (84) menghadapi tujuh tuduhan terlibat dalam perilaku seksual terlarang di penampungan Topu Honis.

Seorang juru bicara Departemen Kehakiman mengatakan pada hari Senin bahwa dia tidak dapat mengomentari apakah ada rencana untuk mengekstradisi mantan imam yang saat ini diadili di Timor Timur untuk tuduhan yang sama.

Jika dinyatakan bersalah di AS, Daschbach dapat menerima hukuman hingga 30 tahun penjara untuk setiap dakwaan, menurut dakwaan yang dikembalikan Kamis oleh dewan juri di Washington, DC.

Daschbach juga dicari di AS karena tiga tuduhan penipuan telegram yang terkait dengan salah satu donatur yang berbasis di California, yang menuduhnya dalam kasus pengadilan melanggar perjanjian untuk melindungi mereka yang berada di bawah asuhannya.

Pemberitahuan Merah Interpol (Interpol Red Notice) telah dikeluarkan secara internasional untuk penangkapannya.

Red notice sendiri dikeluarkan untuk buronan yang dicari baik untuk penuntutan atau untuk menjalani hukuman.

Red Notice adalah permintaan kepada penegak hukum di seluruh dunia untuk mencari dan menangkap sementara seseorang yang menunggu ekstradisi, penyerahan, atau tindakan hukum serupa.

Artikel Terkait