Intisari-Online.com -Israel terus berburu dukungan dari negara-negara Islam di berbagai penjuru dunia yang selama ini memusuhinya.
Terbaru, Israel diketahui secara khusus mengirimkan petugas intelijennya untuk menemui salah seorang calon kandidat presiden.
Pertemuan ini diklaim tidak hanya menjadi wujud dukungan Israel kepada calon tersebut.
Banyak pihak yang meyakini bahwapertemuan rahasia inijuga sebagai jaminan kelak sang calon akan membawa negaranya menjalin diplomasi dengan Israel.
Lalu, negara manakah yang dimaksud?
MelansirWashington Free Beacon, bulan ini intelijen Israel menemui Saddam Haftar, putra dari panglima perang Libya, secara rahasia.
Pertemuan tersebut tidak lain untuk membahas mengenai kandidat presiden yang akan menjalani pemilihan pada 2021 ini.
Melalui pertemuan tersebut juga, sumberWashington Free Beaconmenyebut Israel secara jelas mengirimkan sinyal kepada siapa mereka memberikan dukungan.
Haftar memang tengah mencari dukungan Barat untuk kampanyenya, di mana dia akan bersaing dengan Saif al-Islam Khadafi.
Ya, seperti terlihat dari namanya, Saif adalah putra mantan orang kuat Libya, MuammarKhadafi.
KemenanganHaftar akan menjadi jalan pintas bagi Israel untuk menjalin hubungan diplomasi dengan Libya, yang tidak mengakui negara Yahudi.
Jika hal tersebut sampai terjadi, maka Libya akan menyusul Maroko, Sudan, Bahrain, dan Uni Emirat Arab.
Selama pertemuan, Haftar membahas "situasi di kawasan", "aspirasinya untuk stabilitas negaranya", serta dukungannya terhadap "demokrasi, hukum, dan ketertiban di negaranya."
Israel, baik pemerintah maupun badan intelijen enggak untuk memberi tanggapan terkait dengan kabar pertemuan tersebut.
Hanya saja, Israel, bersama AS, selama ini memang selalu berada di belakang ayah Haftar,Khalifa Haftar.
Pemilihan presiden Libya sendiri akan dihelat pada 24 Desember 2021, setelah tertunda sebanyak dua kali pada 2018 dan 2019 akibat perang saudara.
Libya saat ini tengah berada di bawah pemerintahan semetara dengan perdana menteri dan dewan presiden sementara pula.
Sumber-sumber intelijen Israel memperkirakan pemilihan tersebut akan menjadi pertempuran antara dua kubu yang selama ini berseberangan.
Di satu sisi adalah kelompok pendukung ayahSaif al-Islam Khadafi,Muammar Khadafi. Sementara di sisi lain adalah pendukung ayahSaddam Haftar,Khalifa Haftar.
Khalifa Haftar diketahui merupakan mantan pemimpim militer Libya yang sangat dipercaya oleh Muammar Khadafi.
Hanya saja, semuanya berubah 180 derajat pada 1990-an ketika Khalifa Haftar memilih untuk membelot dan menjadi pembantu CIA.
Akibat keputusannya ini pula dia harus meninggalkan Libya dan menetap di Virginia, AS, selama 20 tahun, sebelum akhirnya kembali pada 2011.
Sebagai salah seorang pemimpin Tentara Nasional Libya, Khalifa Haftar telah memperoleh dukungan barat selama bertahun-tahun.
Namun, hubungan tersebut melemah setelah dirinya melakukan pengepungan militer terhadap pemerintah sementara yang didukung PBB di Tripoli pada 2009.
Barat, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, memberikan teguran keras kepada sang panglima perang.
Meski bagi Donald Trump, penyerangan tersebut tampaknya bukan masalah yang besar yang malah mengakui peran Haftar dalam 'memerangi terorisme dan sumber daya minyak Libya'.