Advertorial
Intisari-Online.com - Ke mana pun manusia melangkah, di sana ia selalu mempengaruhi suhu.
Namun, pengaruh manusia tidak berlaku dalam keadaan atau pegnaturan suhu yang dipaksakan, misalnya di dalam sauna.
Dalam ruangan sauna biasanya suhu sekitar 110C, jauh di atas titik didih air, tapi kenapa manusia tak menjadi daging rebusan matang?
Melansir Irish Time, ilmuwan pertama yang memikirkan secara serius teka-teki ini adalah Sir Charles Blagden.
Pada musim semi 1775, dia menciptakan eksperimen yang menggemparkan Royal Society di London.
Pada pertemuan yang terhormat itu, dia menceritakan eksperimennya 'merebus diri sendiri' dengan berada di sebuah ruangan dengan dinding dan langit-langit kayu di mana suhunya telah meningkat menjadi 126 C.
Dia menggambarkan bagaimana dia tetap berada di dalam ruangan selama 45 menit penuh dan steak mentah yang dibawanya matang dengan sempurna.
Sungguh mengejutkan para akademisi yang berkumpul bahwa nasib yang sama tidak menimpa Sir Charles.
Manusia dapat bertahan hidup hanya jika suhu tubuh internal mereka stabil sekitar 37C.
Tetapi suhu lapisan luar kulit dapat menyimpang dari angka ini cukup jauh.
Selain itu, seperti objek massa yang signifikan, tubuh manusia memiliki inersia termal, kapasitas untuk menyerap sejumlah panas sebelum suhu "tubuh dalam" mulai naik.
Jadi, untuk jangka waktu terbatas, suhu luar yang jauh di atas 37 C dapat ditoleransi.
Namun, yang paling penting, ketika terkena panas yang ekstrem, tubuh mulai berkeringat deras.
Sedangkan di lingkungan yang sangat kering, penguapan yang cepat sangat efektif sebagai mekanisme pendinginan.
Memang terlihat bahwa jika air dilemparkan ke permukaan yang panas di sauna, ia menguap hampir seketika dan meningkatkan kelembaban secara signifikan; keringat dengan cepat kehilangan keefektifannya dan siapa pun di dalam akan merasakan peningkatan panas secara langsung.
(*)