Intisari-Online.com- Gagasan penaklukan global dan dominasi total telah ada sejak zaman kuno.
Hal itu tentu saja menghasilkan beberapa pejuang paling ganas yang pernah berjalan di muka Bumi.
Dari Alexander Agung hingga Julius Caesar dan Genghis Khan, sejarah kuno kaya dengan pemimpin yang luar biasa, pejuang pemberani, dan ahli taktik perang yang brilian.
Salah satu dari mereka adalah Attila sang Hun yang dikenal sebagai Flagellum Dei atau 'Cambuk Tuhan.'
Atilla sang Hun adalah penguasa bangsa Hun dari Hongaria dan dianggap sebagai musuh terburuk Kekaisaran Romawi Barat dan Timur.
Meskipun sudah lebih dari 1.500 tahun sejak pejuang besar ini meninggal, kemasyhurannya telah bertahan dan namanya dikaitkan erat dengan kebrutalan.
Dia memimpin bangsa Hun dalam beberapa kampanye skala besar melawan orang-orang Romawi sebelum dihentikan di Chalons pada tahun 451 oleh koalisi anti-Hun Romawi yang berasal dari berbagai suku termasuk Jerman, Visigoth dan Vandal.
Tapi itu tidak butuh waktu lama sebelum Atilla dan para pengikutnya membalas.
Sekitar setahun kemudian, penakluk yang terkenal itu mengarahkan pandangannya pada Roma dan melancarkan serangan.
Attila membuat kehancuran dan meneror penduduk dari banyak kota di sepanjang jalan.
Namun, dia tiba-tiba berubah pikiran dan berhenti di Sungai Po.
Hal itu dikarenakan penyakit dan kekurangan persediaan yang dialami pasukannya.
Attila dan pasukannya kemudian kembali ke padang rumput di Hongaria dan meninggal tak lama kemudian.
Sama seperti banyak rincian biografinya, kematian Atilla diselimuti misteri.
Orang akan berasumsi bahwa seorang pejuang sekalibernya meninggal di medan perang, bertempur melawan orang Romawi, tetapi menurut semua catatan, asumsi ini tampaknya tidak benar.
Setidaknya ada tiga versi berbeda tentang bagaimana Atilla sang Hun menemui ajalnya.
Argumen yang paling populer menyatakan bahwa Attila meninggal karena mimisan pada malam pernikahannya.
Versi lain termasuk konspirasi, menyebutkan bahwa Atilla dibunuh oleh istri barunya yang bersekongkol dengan Kaisar Bizantium Marcian.
Sementara versi terakhir menyatakan bahwa Attila keracunan alkohol.
Meski pun berbeda-beda versi, yang pasti Attila sang Hun meninggal di malam pernikahannya.
Baca Juga:Pembantaian Orang Majus, di Mana Mereka Lambaikan Kepala yang Terpenggal di Depan Kerumunan
Dikatakan bahwa Atilla ditemukan meninggal di pagi hari setelah dia merayakan pernikahan keenamnya.
Menurut sejarawan Romawi Priscus, Atilla, yang berusia 47 tahun pada saat itu ditemukan mati oleh rekan-rekan dekatnya di tempat tidur bersebelahan dengan istrinya, Ildico.
Saat itu pada 453 SM ketika Atilla sang Hun meninggal, erajaannya membentang dari Asia Tengah hingga Eropa Tengah sampai ke Perancis modern, dan dari Sungai Danube ke Baltik.
Namun, tidak seperti Atilla, ahli warisnya tidak memiliki kemampuan untuk menjaga kerajaannya aman dari disintegrasi.
Baca Juga:Menjadi Bagian Ritual Pengorbanan Suku Inca, 2 Mumi Gadis Ini Ditemukan Kenakan Gaun Beracun
(*)