Intisari-Online.com - Biaya pernikahan tradisional Timor Leste menjadi salah satu pengeluaran terbesar warga di negara ini.
Meski membutuhkan biaya yang besar, namun menikah tanpa menjalankan tradisi pernikahan Timor Leste bukanlah hal yang biasanya dipilih orang-orang di negara ini.
Mereka lebih suka untuk menunda pernikahan dibanding menikah tanpa menggelar tradisi pernikahan Timor Leste.
Di antara berbagai kebutuhan untuk pernikahan, biasanya yang menghabiskan paling banyak biaya adalah untuk 'barlake', atau di Indonesia dikenal sebagai mahar.
Baca Juga: Vaihoho, Nyanyian Sakral Timor Leste Pengiring Berbagai Ritual yang Terancam Punah
Selain pengeluaran untuk mahar, dalam tradisi pernikahan Timor Leste digelar berbagai ritual yang tak jauh berbeda dengan tradisi pernikahan di Indonesia.
Melansir Many Hands Internasional, Pernikahan Tradisional di Timor Leste atau disebut Lipal Fa'i, melibatkan serangkaian ritual dan elemen.
Sementara mempelai pria mempersiapkan mahar, mempelai wanita juga biasanya akan memberikan pakaian adat berbahan tais kepada keluarga mempelai pria.
Proses menyiapkan makanan untuk acara pernikahan akan dilakukan setelah mahar disepakati di antara kedua mempelai.
Proses mempersiapkan makanan tersebut juga memiliki ritual tersendiri yang disebut orontafa.
Orontafa melibatkan sekelompok orang, pria dan wanita, duduk atau atau berdiri di kedua sisi oron, 'mortir' kayu besar, diisi dengan beras yang belum dikuliti.
Mereka memukul oron dengan tongkat bambu dengan irama yang stabil, bekerja untuk menghilangkan sekam padi.
Sambil menumbuk padi mereka menyanyikan lagu orontafa yang bisa bertahan sepanjang malam.
Keluarga pengantin pria juga akan mempersiapkan maca-maca, yaitu paket kue ketan yang dibungkus dengan daun anyaman, serupa ketupat.
Kegiatan membuat maca-maca disebut bijih fa'i, dan diiringi dengan nyanyian vaihoho.
Bijih fa'i juga berfungsi sebagai undangan pernikahan, mereka yang menerima undangan wajib datang dan membawa sesajen untuk calon pengantin.
Ketika pengantin pria di antarkan ke rumah pengantin pria, juga diiringi dengan nyanyian vaihoho.
Vaihoho dinyanyikan untuk menggambarkan dan menggemakan perasaan sedihnya meninggalkan rumah masa kecilnya untuk bergabung dengan rumah masa kecil suaminya.
Tahap akhir pernikahan tradisional Timor Leste adalah kedua keluarga bernyanyi bersama di bawah tais, tak ketinggalan vaihoho juga disenandungkan.
Itulah rangkaian ritual pernikahan tradisional Timor Leste, yang ternyata seperti pernikahan di Indonesia pada umumnya.
Namun, bagaimana dengan mahar yang biasanya paling banyak menghabiskan biaya pernikahan?
Ternyata, emas bukan mahar utama yang biasanya diberikan.
Dalam pernikahan tradisional Timor Leste, mahar yang diberikan oleh mempelai pria biasanya berupa ternak dalam jumlah besar (kerbau, sapi atau babi) dan tekstil.
Meski, selain mahar tersebut, saat ini juga digunakan uang tunai sebagai mahar.
Perhiasan juga diberikan sebagai mahar, tetapi bukan emas pada umumnya, melainkan sebuah perhiasan khas Timor Leste bernama belak.
Belak biasanya terbuat dari perunggu, meski bisa juga terbuat dari emas atau perak.
Belak merupakan bagian dari pakaian tradisional berbagai kelompok etnis Timor Leste.
Selain untuk pernikahan, perhiasan ini juga biasanya digunakan untuk upacara-upacara besar di Timor Leste.
Bentuknya seperti piringan bundar dan biasanya terbuat dari perunggu, selain itu bisa juga dari emas atau perak.
Cara memakainya yaitu dikenakan menggunakan rantai atau tali, dikalungkan di leher dan diletakkan di dada.
Dalam budaya Timor Leste, Belak sebagai simbol bulan berarti feminitas, dingin, pasif, kesuburan, dan kekuatan ritual.
Mitra maskulinnya adalah Kaibauk, yaitu mahkota berbentuk tanduk kerbau.
Belak dan Kaibauk bersama-sama melambangkan harmoni dan keseimbangan dengan saling melengkapi.
Mengutip Kompas.com, bahkan jika pihak laki-laki tidak membawa perhiasan ini, maka akan dikenakan denda berupa uang, yang mana jumlah denda disebut lumayan besar.
Kerajinan Belak sendiri merupakan salah satu warisan budaya dari masyarakat Timor Leste yang terus dipertahankan dan digunakan dalam kegiatan adat hingga sekarang.
Bagi masyarakat Timor Leste, penting untuk melestarikan kepandaian pembuatan belak kepada generasi penerus di Timor Leste.
Itulah sederet mahar yang biasanya diberikan oleh mempelai pria dalam tradisi pernikahan di Timor Leste.
(*)