Intisari-Online.com - Lonjakan kasus virus corona di Indonesia sempat membuat khawatir seluruh dunia.
Sebab lonjakan kasus virus corona di Indonesia tidak hanya membuat rumah sakit kolaps.
Tapi juga menyebabkan masalah ekonomi dan perdagangan.
Walau begitu,Badan Pusat Statistik menyampaikan Indonesia baru saja mencatatkan rekor baik.
Dilansir darixinhuanet.com pada Minggu (22/8/2021),Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan selama 15 bulan berturut-turut, dengan Juli mencapai 2,59 miliar dolar AS.
Kepala Badan Margo Yuwono mengatakan angka tersebut berasal dari surplus sektor nonmigas sebesar 3,38 miliar dolar, dan defisit sektor migas sebesar 0,79 miliar dolar.
Juga dari selisih ekspor sebesar 17,70 miliar dolar dan impor 15,11 miliar dolar.
"Ini menandakan perekonomian kita semakin membaik," kata Yuwono dalam konferensi pers virtual.
Surplus terbesar Indonesia diperoleh dari neraca perdagangan dengan Amerika Serikat (1,23 miliar dolar), disusul Filipina (0,533 miliar dolar) dan Malaysia (0,40 miliar dolar).
Sementara defisit neraca perdagangan Indonesia terjadi dengan China (0,84 miliar dolar), Australia (0,45 miliar dolar) dan Thailand (0,27 miliar dolar).
Dari Januari hingga Juli, surplus neraca perdagangan Indonesia tercatat sebesar 14,42 miliar dolar.
Angka itu jelas meningkat tajam dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar 8,65 miliar dolar dan defisit sebesar 3,59 miliar dolar pada 2019.
Walau begitu, Indonesia mendapat peringatan dariOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Mengutip dari reuters.com, WHOtelah mendesak Indonesia untuk mengambil tindakan untuk membendung penularan virus corona.
Hal ini menyusul data baru yang menunjukkan bahwa mobilitas untuk ritel dan rekreasi telah mencapai tingkat pra-pandemi di beberapa wilayah utama.
Indonesia, yang bulan lalu menjadi episentrum wabah virus corona di Asia, memberlakukan pembatasan mobilitas sosial.
Di mana saat ini memungkinkan mal dan restoran di area tertentu hanya beroperasi dengan kapasitas 25%.
Akan tetapi dalam laporan terbaru WHO, mereka menyoroti"peningkatan signifikan dalam mobilitas masyarakat dalam ritel dan rekreasi" di provinsi Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, yang secara kolektif menampung sekitar 97 juta orang.
Sektorritel dan rekreasi mengacu pada restoran, kafe, pusat perbelanjaan, perpustakaan, museum, dan taman hiburan.
Berdasarkan data Google dari minggu kedua Agustus, WHO mengatakan mobilitas mencapai tingkat yang tidak terlihat sejak Februari 2020.
Tentu WHO tidak mau Indonesia kembali dihantam gelombang ketiga pandemi virus corona.
Ingat, beberapa waktu lalu, Tanah Air dihantamvarian Delta yang sangat menular.
Akibatnya kasus virus corona harian di Indonesia mencapai lebih dari 56.000 kasus per hari pada bulan lalu.
Selanjutnya banyak rumah sakit kekurangan tempat tidur dan oksigen.
Tapi kasus harian di Indonesia telah turun secara signifikan menjadi sekitar 15.000 pada 18 Agustus.
Tetapi tingkat pengujian juga turun dan tingkat positif dan jumlah kematian tetap tinggi.